Suara.com - Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko menilai pernyataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla soal kepala negara ditonjok tidak relevan dalam diplomasi modern.
“Rupanya Pak JK tidak memahami bahwa tak pernah ada pemimpin negara yang tonjok-tonjokan di depan umum, atau bahkan ruang tertutup.” terang Budiman saat ditanya wartawan, Kamis (11/1)
Ia lantas mencontohkan dua pemimpin negara super power, Amerika Serikat (AS) dan China. Joe Biden dan Xi Jinping kerap bersitegang namun tetap bersahabat saat bertemu langsung.
"Begitu juga Joe Biden pernah ngecap Xi Jinping sbg diktator. Tapi saat jumpa, mereka senyum2 saja." ujar Budiman.
Baca Juga: Fadli Zon Skakmat Ganjar dan Anies: Jangan Samakan Alutsista dengan Produk Otomotif!
Bahkan menurutnya, hal yang dikhawatirkan oleh Jusuf Kalla itu juga tidak penah terjadi dalam diplomasi di zaman sebelumnya.
"Bung Karno kalau pidato suka bilang 'sontoloyo' ke negara-negara barat, tapi tak pernah tonjok-tonjokan dengan Presiden AS sekalipun," lanjutnya.
Lebih lanjut, Budiman menerangkan bahwa di antara pemimpin dunia saat ini lebih mengedepankan sikap yang elegan dalam persaingan global.
"Ada sikap elegan antar pemimpin negara, sesengit apapun mereka bermusuhan. Karena yang dihargai pada akhirnya adalah kekuatan dan daya tawar negara-negara yang mereka pimpin." pungkas Budiman.
Sebelumnya, politikus senior Partai Golkar yang juga Wakil Presiden RI 2004-2009 dan 2014-2019, Jusuf Kalla mengibaratkan pemimpin sebagai sopir kendaraan. Pria yang akrab disapa JK tersebut mengingatkan publik agar tidak memilih pemimpin yang emosional.
Baca Juga: Usai Tur 3 Provinsi dalam Satu Hari, Prabowo Malah Makin Semangat Kampanye
"Kalau pilih sopir, jelas yang tahu arah, tidak suka marah-marah. Kalau marah-marah bisa-bisa menabrak nanti," ucap JK.
Hal itu disampaikan JK saat mendampingi cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar dalam acara bertajuk 'Dialog Kebangsaan dan Kewirausahaan' yang digelar di Namira Syariah Hotel Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/1).
"Kalau kawan kita yang satu marah terus, bagaimana kira-kira negara dipimpin oleh orang yang suka marah? Bagaimana kira-kira kalau dia berdebat dengan kepala negara lain, bisa ditonjok kepala negara lain," imbuh JK.