Di sisi lain, pergerakan TKN Prabowo-Gibran dengan bantuan Khofifah tersebut tentu akan membuat repot Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tengah melakukan upaya serupa untuk pemenangan pasangan calon nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
"Dukungan Khofifah kepada Prabowo-Gibran akan merepotkan mesin politik PKB di kubu AMIN yang saat ini menggantungkan mesin politiknya pada jaringan pesantren dan masyarakat Nahdliyyin. Tekanan terhadap mesin politik PKB di basis NU juga semakin kuat, ketika elite pengurus PBNU sendiri dirasa tidak sejalan dengan kepentingan politik pencawapresan Cak Imin," tutur Umam.
Melihat dinamika terkini, basis elektabilitas Prabowo-Gibran di Jawa Timur memang relatif cukup kompetitif. Hal itu tidak terlepas karena peran partai-partai politik di Koalisi Indonesia Maju. Terutama melalui mesin politik tiga partai yang menjadi aktor di Jawa Timur, yakni Gerindra, Demokrat, dan Golkar
Kata Umam, mesin politik Gerindra Jatim sendiri lebih banyak dijalankan oleh jaringan mantan politisi PKB yang dulu memisahkan diri (mufaroqoh) ketika terjadi konflik internal di PKB.
"Karena itu bisa dipahami mengapa cukup banyak pesantren di wilayah Tapal Kuda, Mataraman dan Arek yang saat ini mendukung Prabowo-Gibran," katanya.
Sementara itu, dua mesin politik yang selama ini mendominasi Jatim, yakni PDIP dan PKB sebagai representasi kekuatan politik abangan dan santri, saat ini terpecah di dua gerbong koalisi yang berbeda.
"Namun demikian, konstalasi politik Jawa Timur masih dinamis. Momentum 1,5 bulan ke depan bisa dimanfaatkan oleh masing-masing paslon untuk mengonsolidasikan kekuatan politiknya," ujarnya.
"Mengingat Jatim adalah battle field terbuka dalam Pilpres, maka jika ada paslon bisa menggabungkan mayoritas jaringan politik nasionalis dan politik santri di Jatim, besar kemungkinan Paslon itu akan memenangkan kontestasi Pilpres di tingkat nasional," imbuh Umam.
Baca Juga: TKN Pastikan Keinginan Khofifah All Out Jadi Jurkam Prabowo-Gibran dari Inisiatif Sendiri