Suara.com - Debat ketiga yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) menghadirkan tiga calon presiden (capres), yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo pada Minggu (7/1/2024) malam mendapat sorotan dari media luar negeri.
Salah satunya media dari negara tetangga, Straits Time. Dalam ulasan yang dibuatnya pada Senin (8/1/2024), media Singapura itu menyebut bahwa Prabowo mendapat serangan dari dua rivalnya.
"Calon presiden Indonesia, Prabowo Subianto, mengalami serangkaian serangan dalam debat pemilu yang memanas pada hari Minggu, di mana kedua lawannya membidik strategi pengadaan militernya sebagai menteri pertahanan, menyebutnya ceroboh dan boros," tulis media tersebut.
Straits Time juga menulis, upaya modernisasi alat pertahanan oleh Prabowo yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan di era Jokowi ini juga menjadi sasaran tembak dua rivalnya di panggung debat.
Baca Juga: Debat Ketiga Capres: Anies Dicap Pemimpin Tak Beretika, Prabowo Tunjukan Sikap Negarawan
"Kandidat ketiga, Prabowo, yang merupakan mantan komandan pasukan khusus, memimpin dengan kuat dalam jajak pendapat untuk pemilu 14 Februari. Namun upaya modernisasi militernya menuai kritik dalam pertarungan kedua yang disiarkan televisi yang berfokus pada keamanan dan geopolitik," tulis media tersebut.
Dalam debat tersebut, Anies Baswedan mengecam rencana Prabowo membeli peralatan militer bekas, termasuk armada jet tempur Mirage 2000-5 dari Qatar, dan menuduh kementerian pertahanan gagal melindungi diri dari peretas yang tahun lalu mengancam akan membocorkan informasi rahasia.
Sementara media tersebut juga menulis Ganjar Pranowo, yang tampil mengenakan jaket bomber ala angkatan udara dalam debat, mengatakan bahwa kesepakatan jet tempur yang ditunda pemerintah karena masalah anggaran adalah 'perencanaan yang sembrono'.
Dalam debat, Prabowo membenarkan strategi membeli pesawat bekas sebagai hal yang penting dalam memodernisasi angkatan bersenjata.
"Narasi penggunaan alat bekas menurut saya menyesatkan. Yang penting jam terbang. Pada kenyataannya kita membutuhkan peralatan untuk menutupi kesenjangan yang ada saat ini,” katanya.
Baca Juga: Ganjar Menahan Tawa Saat Prabowo Singgung Profesor Anies
Selain itu, saat membahas Laut Cina Selatan, Prabowo mengatakan Indonesia membutuhkan teknologi yang lebih baik untuk mempertahankan wilayahnya.
Jawaban tersebut berbeda dengan Anies yang mengatakan, Indonesia harus menjadi pemimpin dominan di ASEAN untuk memastikan posisi bersama.
Sementara, Ganjar mengusulkan peninjauan kembali pendekatan pengambilan keputusan yang banyak dikritik. Ia juga mengatakan bahwa perjanjian tahun 2002 antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN untuk menghindari perselisihan maritim telah gagal.
"Inisiatif ini bisa kita ambil melalui perjanjian sementara untuk menghindari risiko yang lebih tinggi," kata Ganjar tanpa menjelaskan lebih lanjut.