Bandingkan Slepetnomic dan Hilirisasi Digital, Dahnil: Lebih Akademik Hilirisasi Digital

Sabtu, 06 Januari 2024 | 00:00 WIB
Bandingkan Slepetnomic dan Hilirisasi Digital, Dahnil: Lebih Akademik Hilirisasi Digital
Juru bicara (jubir) Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak. [Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan istilah hilirasi digital yang disampaikan Gibran Rakabuming Raka lebih akademis dibanding 'slepetnomics' yang digaungkan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

Pernyataan itu disampaikan Dahnil menjawab kritikan pihak-pihak atas pernyataan cawapres nomor urut 2 soal hilirisasi digital.

"Kemarin, misalnya ketika Mas Gibran menggunakan istilah hilirisasi digital itu kemudian dikritik, 'oh mana ada istilah hilirisasi digital'. Emang kalau istilah 'slepetonomics' ada? Nggak," kata Dahnil dalam acara bedah buku "Politik Pertahanan" di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (5/1/2024).

Dahnil lantas menegaskan bahwa hilirisasi digital seperti yang disampaikan Gibran tersebut lebih akademik. Ia menjelaskan sekaligus makna istilah yang disampaikan Gibran.

Baca Juga: Kubu AMIN Heran dengan Hilirisasi Digital Ala Gibran: Tak Ada dalam Literatur Akademis

"Ini (hilirisasi digital) lebih bagus dan lebih akademik, hilirisasi digital. Itu bermakna kita mau mendorong digitalisasi di negeri kita ini, termasuk di sektor pertahanan, istilah kami itu DNA, Device Network and Application itu punya kita sendiri," kata Dahnil.

Sebelumnya, calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar menyebutkan istilah ‘slepetnomics’ saat memberikan pernyataan penutup atau closing statement dalam debat cawapres pada Jumat (22/12/2023).

Lantas apa itu ‘slepetnomics’ yang digaungkan oleh Cak Imin? Simak informasi lengkapnya berikut ini.

Mulanya, Cak Imin mengungkapkan bahwa sarung merupakan simbol kesetaraan dan keadilan. Lalu, Cak Imin menjelaskan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia saat ini tiidak memiliki keberanian untuk mewujudkan keadilan dan berpihak kepada masyarakat.

"Sarung itu lembut, tapi di tangan orang yang baik bisa jadi slepet atas ketidakadilan dan kecurangan," katanya.

Baca Juga: TikTok Kuasai E-commerce Lokal, Praktisi Singgung Hilirisasi Digital

Berkaca pada permasalahan tersebutlah, Cak Imin menggagas istilah ‘slepetnomics’ yang ia sebut sebagai solusi permasalahan ekonomi nasional.

Slepetnomic Gagasan Ekonomi

Ia juga mengklaim bahwa ‘slepetnomic’ merupakan gagasan ekonomi yang sudah diuji oleh para pakar dan berbasis dari pengalaman batin dan rasa.

Cak Imin menjelaskan solusi ‘slepetnomic’ ditujukan untuk memangkas anggaran proyek yang hanya menguntungkan segelintir orang dan justru menyengsarakan masyarakat.

"Ke depan proyek yang menyedot begitu banyak uang rakyat hanya untuk memenuhi selera tertentu, maka kita harus slepet," tutur Cak Imin.

Lebih lanjut, pemangkasan anggaran tersebut akan digunakan untuk pemerataan pembangunan kota dan desa di Indonesia.

Cak Imin juga menjelaskan solusi melalui ‘slepetnomic’ adalah tidak lagi ada pelaku bisnis yang turut membuat peraturan perundang-undangan yang hanya menguntungkan pihaknya.

"Dengan ‘slepetnomic’ kita pastikan pembangunan ekonomi Indonesia dikerjakan pakai hati pakai otak," tuturnya.

Sebagai informasi, tema debat cawapres kali ini terkait dengan Ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur, dan Perkotaan.

Debat cawapres kali ini dipandu oleh dua moderator, Alfito Deannova dan Liviana Cherlisa. Ada 11 panelis dalam debat cawapres kali ini yang mayoritas berprofesi sebagai akademisi.

Segmen pertama, cawapres diminta menyampaikan visi misi dan program kerja. Kemudian, segmen 2-5 adalah pendalaman visi misi dan program kerja. Terakhir, pada segmen keenam merupakan penutup atau closing statement masing-masing cawapres.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI