Suara.com - Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) August Mellaz mengungkapkan alasan diperluasnya sub tema untuk debat ketiga calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
August sendiri memastikan perluasan subtema tersebut tidak akan mengubah alur.
"Kami alurnya enam pertanyaan biar nggak mengubah alur. Jadi, format alur debat segmen debat pembagiannya sama persis,” kata August di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2024).
Awalnya, debat ketiga ini direncanakan membahas empat tema yaitu Pertahanan, Keamanan, Geo Politik, dan Hubungan Internasional.
Kemudian, August menjelaskan bahwa pihaknya berencana untuk memperluas pembahasan pada debat kali ini dengan enam subtema.
"Kemarin kan posisinya empat tema, nah pertahanan dan keamanan tetap jadi tema tersendiri. Kemudian, hubungan internasional kami expand dengan globalisasi. Kemudian, geopolitik sebagai isu tersendiri itu kami expand dengan politik luar negeri,” tutur August.
"Jadi, ada enam subtema yang nanti dibahas dalam debat ketiga pada tanggal 7 Januari," katanya.
Lebih lanjut, August menjelaskan bahwa enam subtema ini nantinya akan menjadi dasar bagi 11 panelis untuk merumuskan pertanyaan kepada ketiga capres.
Adapun para panelis untuk debat kali ini ialah Guru Besar Bidang Keamanan Internasional Fisipol Universitas Kristen Indonesia Angel Damayanti, Dosen Hubungan Internasional dan Ahli Kajian Industri Pertahanan dan Alih Teknologi Universitas Binus Curie Maharani Savitri, Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia Evi Fitriani, serta Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia dan Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani Hikmahanto Juwana.
Baca Juga: Ganjar akan Mengawali Debat Ketiga dengan Pemaparan Visi, Misi dan Programnya
Lebih lanjut, nama panelis lainnya ialah Ahil Aspek Geospasial Hukum Laut Universitas Gadjah Mada I Made Andi Arsana, Dosen Program Studi Hubungan Internasional Ahli Keamanan dan Pertahanan Universitas Pertamina lan Montratama, Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Irine Hiraswari Gayatri, serta Pakar Keamanan Universitas Pertahanan Kusnanto Anggoro.