Suara.com - Gerakan Aktivis atau GERAK 98 mengecam aksi penganiayaan yang dilakukan oknum anggota TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali, Jawa Tengah. Mereka mendesak agar para pelaku diproses hukum hingga tuntas.
“Kami mengecam keras penganiayaan dan mendesak agar TNI-POLRI mengusut tuntas kasus ini. Jangan sampai ada lagi Tragedi Semanggi jilid kedua, orang diculik dan sampai sekarang tidak tahu di mana keberadaannya. Turut prihatin atas kejadian, mereka yang dianiaya adalah pahlawan reformasi,” kata Juru Bicara GERAK 98 Jeffri Lambok kepada wartawan, Minggu (31/12/2023).
Jeffri menyebut nilai-nilai orde baru atau Orba kekinian terlihat kembali secara gamblang. Salah satunya adanya upaya menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan dengan menggunakan aparatur negara.
"Tahun ini 2024 adalah tahun genting, 'vivere pericoloso'. Jawabnya adalah melawan atau kita jangan berharap kapal Indonesia dapat berlabuh menuju Indonesia Emas 2045," ujarnya.
Jeffri mengingatkan bahwa kekuasaan sudah semestinya dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu juga tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar moral.
"Sejarah memberikan pelajaran untuk langkah ke depan yang lebih baik. Fondasi demokrasi saat ini lahir dari perjuangan melawanan pemimpin tirani yang mencerabut demokrasi dari akar demokrasi sejati, monarki Orde Baru," tuturnya.
Peristiwa penganiayaan yang dilakukan oknum anggota TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud ini terjadi di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh Boyolali, Jawa Tengah, pada Sabtu (30/12) siang.
Kadispenad Brigjen Kristomei Sianturi menyebut 15 anggota yang diduga melakukan penganiayaan telah ditahan.
"Telah memerintahkan Danyonif Raider 408/SbhDenpom IV/4 Surakarta untuk menahan 15 prajurit terduga kasus penganiayaan," kata Kristomei lewat keteranganya, Sabtu (30/12/2023).
Baca Juga: Desak Anggota TNI Penganiaya Relawan Agar Dipecat, Ganjar: Ingat, Jangan Bikin Rakyat Marah!
PDIP Protes Keras
PDIP menduga oknum anggota TNI yang menganiaya relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali, Jawa Tengah merupakan simpatisan calon presiden atau capres Prabowo Subianto.
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto mengungkap dugaan ini karena Prabowo memiliki latar belakang TNI.
“Kami protes keras atas tindakan oknum TNI tersebut. Para oknum TNI tersebut bertindak seperti itu diduga karena ada elemen-elemen di dalam TNI yang jadi simpatisan Pak Prabowo karena sama-sama berlatar belakang militer. Padahal Prabowo sudah diberhentikan dari TNI," kata Hasto kepada wartawan, Minggu (31/12).
Berdasar hasil diskusi dengan salah satu tokoh HAM, Hasto menyebut tindak penganiayaan yang dilakukan oknum TNI ini tidak terlepas dari adanyakerancuan status Prabowo sebagai Menhan dan Capres. Sehingga menurutnya ada kesana ‘emotional bonding’ di kalangan oknum TNI tertentu dengan Prabowo.
“Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya tanggapan Pak Prabowo yang mengutuk aksi kekerasan tersebut," jelas Hasto.
Hasto meminta Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dengan cepat memproses oknum anggotanya yang terlibat melakukan penganiayaan terhadap relawan Ganjar-Mahfud. Sebab nama baik TNI menjadi taruhannya.