Suara.com - Pria berambut putih turun dari mobil lalu berjalan kaki menuju sebuah rumah pada pukul 23.00 WIB. Sosok yang dimaksud ialah Ganjar Pranowo, calon presiden nomor urut 3 yang berniat lebih dekat rakyat dengan cara menginap di rumah warga di Kampung Bayan Krajan, Kelurahan Kadipiro, Solo , Sabtu (23/12/2023) malam.
Bersama dengan warga, Ganjar duduk di tikar sederhana yang sudah disediakan.
Mereka duduk melingkar bersama Ganjar. Ada ibu-ibu yang membawa anak-anak, para ayah, dan para kaum muda.
Obrolan terus bergulir ke sana kemari menghangatkan pertemuan di malam hari. Bukan hanya omongan serius, gelak tawa hasil cerita-cerita lucu juga mewarnai pertemuan itu.
Baca Juga: Elektabilitas Jeblok di Sejumlah Survei, Ini Alasan Ganjar Tetap Santuy
Ganjar tiba di kampung itu jelang pergantian hari.
Meski begitu, warga berjubel menunggu Ganjar tengah malam itu. Mereka berebutan menyalami Ganjar, hingga tiba di rumah milik Susilo.
Kendati sudah terhitung larut malam, Ganjar tetap meladeni permintaan warga untuk ngobrol berlama-lama. Maka meriunglah mereka di situ. Lantaran tikar tak cukup, banyak yang berdiri.
Beberapa orang menyandar di tembok halaman.
Dengan memakai baju warga hitam yang dibalut jaket putih Ganjar terlihat lebih segar.
Mungkin itu karena obrolan tengah malam sangat hangat penuh kelakar dan riuh ngakak.
Susilo senang bukan kepala lantaran Ganjar memilih rumahnya untuk menginap.
Bersama warga lain, dia menyiapkan kedatangan Ganjar semaksimal mungkin, meski kata dia, maksimal itu juga berarti seada-adanya.
"Alhamdulillah. Dibantu teman-teman relawan, keluarga saya bisa menerima kedatangan Pak Ganjar.” kata Susilo.
Kisah Ganjar dan Susilo sesungguhnya bukanlah sekedar tentang betapa bahagianya dikunjung dan mengunjungi itu. Juga bukan kisah tentang menginap semalam. Ngakak, ke pembaringan, terlelap, esok paginya ngopi, lalu melambai tangan sampai izin pamit.
Kisah keduanya datang dari sembilan tahun lampau, dari kesulitan nasib, kemiskinan yang menghimpit, dan mimpi anak-anak yang jauh dari keadaan.
Sekolah, bagi Susilo, dan juga anak-anaknya terlampau tinggi dari situasi. Kesulitan yang menghimpit, menjauhkan anak-anak-anaknya dari mimpi indah tentang bangku sekolah.
Ganjar Pranowo sesungguhnya juga lahir dari keluarga yang tak begitu jauh dari keadaan keadaan Susilo itu. Serba kekurangan, ayahnya hanya seorang polisi berpangkat rendah dan ibunya berdagang di toko kelontong, dan rasanya begitu susah mengantar semua anak menjemput mimpi.
Ganjar bahkan sempat cuti kuliah setahun, jual bensin pinggir jalan, dan itu demi membayar uang kuliah serta makan sehari-hari.
Hidup yang pahit itulah yang melecut Ganjar merintis SMK Gratis di Jawa Tengah, ketika dia menjabat gubernur. Anak-anak dari keluarga tak mampu, sekolah dan tinggal di asrama. Gratis, tanpa bayar sepeserpun. Sekolah yang dirintis Ganjar itu, menjelma menjadi secercah cahaya diujung lorong gelap bagi Susilo.
Bagus, putra Susilo tamat SMP yang terhitung cerdas, tapi ekonomi keluarga terlalu doyong untuk mengongkos, mengadu peruntungan di sekolah itu. Dia lulus tes dan bisa tamat pada 2017.
Dan kini dia bekerja di perusahaan ternama. Bergaji lumayan besar. Sebagai tenaga mekanik di sebuah perusahaan tambang.
Di seluruh Jawa Tengah, Ganjar sudah membangun 17 SMA dan SMK gratis. Anak-anak kurang mampu bisa bersekolah dan tinggal di asrama, tanpa sepeser pun dipungut biaya.
Alumni sekolah itu kini berjumlah lebih dari 1.800 orang. Mereka bekerja di banyak perusahaan.
Banyak juga yang bekerja pada perusahaan ternama di Jepang, Korea, dan berbagai negara.
Di asrama SMK Jateng itu, anak-anak tidak hanya diajari tentang ilmu pengetahuan, tentang teknologi yang menderu melampaui otak kita, tapi juga tentang disiplin, budi pekerti, serta tentang perlunya berbakti kepada orang tua. Bahwa sekolah sungguh sanggup menegakan hidup yang nyaris roboh.
Alhamdulillah, kata Susilo penuh haru. Rumah milik keluarga Susilo kini terbilang mentereng. Semua tembok. Dibangun dari uang kiriman sang anak.
“Rumah saya ini gubuk, dan hampir roboh.”
Di rumah bikinan sang anak itulah, malam itu, Ganjar mengaso hingga pagi.
Kisah Ganjar menginap di rumah rakyat itu, bukanlah cerita hari ini saja. Hari di mana hampir semua kita fasih bicara tentang politik, entah benar entah tidak, tentang pemilihan presiden, bertengkar di banyak grup percakapan membela jagoan masing-masing, dan tentang sekian kemungkinan pemenang yang dihitung oleh lembaga survei, atau ramalan sekian tukang nujum di musim politik.
Menginap di rumah warga itu sudah dilakukan Ganjar jauh sebelum keriuhan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Semenjak menjadi gubernur Jawa Tengah tahun 2013, Ganjar sudah rajin berkeliling, dari desa ke desa, kampung ke kampung, dan memilih rumah warga sebagai tempat bermalam. Saat menjadi gubernur itu, Ganjar memaksa dirinya agar setiap Rabu dan Kamis dalam sepekan pergi berkeliling, makan bersama, lalu menginap di rumah warga.
Seperti yang terjadi di rumah Susilo tiga hari lalu itu, saat menjadi gubernur itu warga juga selalu riuh menyambut, duduk di tikar bersama ganjar, cerita, curhat, membanyol, dan ngakak bersama.
Dari obrolan penuh gayeng itulah Ganjar merekam sekian soal, kesulitan rakyat, merumuskan jalan kebijakan, dan langsung eksekusi.
“Mereka perlu dibantu urus sertifikat tanah, bantu sekolahin anak, bantu urus keluarga yang sakit,” kata Ganjar sebagaimana ditulis banyak media, 7 Maret 2018.
Selain mendirikan sekolah dan asrama gratis, Ganjar juga merintis program rumah layak huni, beli tanah dapat rumah, rumah dengan uang muka nol persen, asuransi untuk orang-orang kecil, serta sekian program yang dirintisnya sebagai jalan keluar dari sekian keluhan yang didengar dari obrolan keliling sebelum terlelap.
Sepuluh tahun mempimpin Jawa Tengah, Ganjar sudah membangun lebih dari satu juta rumah layak huni. Tepatnya: 1.041.894 rumah. Itu belum termasuk rumah-rumah yang reot atau doyong yang direhab oleh Pemda Jawa Tengah, yang membuat pemiliknya menangis penuh gembira.
Selasa 14 April 2022, seorang warga asal Kebonombo Semarang, yang sehari- hari hidup dari menjual Cilok, meledak tangisannya ketika Ganjar berkunjung ke rumahnya. Sambil menangis dia terus memeluk Ganjar. Rumah warisan ayah ibunya itu sudah hampir menyerah. Berdinding kayu yang lapuk dan berlantai tanah. Rumah milik Junaidi itu adalah satu dari ribuan rumah yang direhab Ganjar selama menjadi gubernur.
Pada masa menjadi gubernur Jawa Tengah itu, Ganjar juga rajin menyambangi sejumlah daerah di Indonesia. Durasi perjalanannya kian sering setelah resmi diusung menjadi calon presiden 2024.
Senin malam, 6 November 2023, saat berkunjung ke Trikoyo, Musi Rawas, Sumatera Selatan, Ganjar menginap di rumah warga bernama Tambah Sutrisni. Warga ramai menyambut dan lebih dari dua jam Ganjar mendengar curhat, membanyol, dan ngakak bersama warga.
Di kampung Nagrok, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin 9 Oktober lalu, ribuan warga sudah menunggu semenjak petang. Ganjar tiba malam hari, disambut warga dengan sorak sorai.
Warga betah ngobrol, curhat, berkelakar, hingga larut.
Dari menginap itulah Ganjar tahu banyak, tahu tentang keadaan rumah kita, kesehatan, serta kemampuan seorang ayah mengirim anaknya ke bangku kuliah, dan melihat wajah para penganggur di tempat yang paling kita rindukan; desa.
Itulah sebabnya, bersama cawapres Mahfud MD, Ganjar bertekad membangun lebih dari 10 juta rumah layak huni, buka 17 juta lapangan kerja, satu desa satu Faskes dan satu Nakes, satu keluarga miskin satu sarjana, dan bertekad membangun sekolah dan asrama gratis untuk anak dari keluarga tak mampu di banyak daerah di seluruh Indoesia, sebab sekolah adalah jalan mengubah nasib, lebih dari sekedar makan nasi gratis.
Sepuluh tahun menjadi gubernur, Ganjar telah mengubah nasib banyak keluarga, dari petani, penjual cilok, nelayan hingga tukang ojek.
Rafli Saputro, yang lahir dari keluarga yang susah, alumni SMK yang dirintis Ganjar dan kini bekerja di perusahaan ternama di Jepang.
Hasil kerjanya tersebut lantas dibelikan sebidang tanah hingga membangun rumah untuk ibu.
"Terima kasih Pak Ganjar, telah mengubah nasib saya dan keluarga, untuk selamanya," kata Rafli.