Suara.com - Tiga mik atau mikrofon yang dipakai Gibran Rakabuming Raka saat debat cawapres, Jumat (22/12/2023) menuai polemik. Bermula dari kecurigaan pakar telematika Roy Suryo di akun media sosialnya.
Dalam cuitannya di X, Roy Suryo menyoroti tiga mik yang digunakan Gibran, mulai dari clip-on, hand-held, hingga headset.
Namun demikian, kecurigaan Roy Suryo itu sudah dijawab oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy'ari. Dia menegaskan, Gibran tak menggunakan ear feeder atau pengumpan telinga. Kata dia, alat yang berada di telinga para cawapres merupakan cantolan mik.
Ia juga mengatakan, para cawapres yang mengikuti debat kedua Pilpres 2024 di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (22/12/2023) malam, menggunakan alat mikrofon yang sama.
Baca Juga: Momen Gibran Emosi Dicecar Mahfud MD Dibongkar Pakar: Sibuk Ambil Mikrofon, Tubuh Gelisah
"Semua cawapres bisa ditanya dan juga stasiun TV penyelenggara debat, dan juga tim paslon yang berada di holding-room saat pemasangan mik, bisa ditanya," kata Hasyim sebagaimana dilansir Antara.
Penjelasan Konsorsium Televisi
Di sisi lain, konsorsium stasiun televisi yang menyiarkan debat capres-cawapres kedua yakni Trans Media, Komas TV dan BTV memberikan penjelasan terkait penggunaan dan fungsi mikrofon yang dipakai ketiga cawapres.
Mereka juga menegaskan tidak memberikan keistimewaan atau preferensi perlakuan pada calon mana pun. Mereka menyelenggarakan debat terbuka sesuai dengan arahan dari KPU selaku penyelenggara Pemilu 2024.
“Segala hal-ihwal menyangkut persiapan debat dilaksanakan terbuka di bawah arahan KPU, dengan mengundang semua tim paslon dengan diskusi yang sangat rinci menyangkut materi debat, panelis, desain panggung hingga pengaturan lighting dan bahkan jenis mikrofon yang akan dipakai,” demikian bunyi pernyataan bersama konsorsium televisi penyiar debat cawapres, melalui siaran pers yang dikutip, Selasa (26/12/2023).
Baca Juga: Cara Memperbaiki Mikrofon Rusak di Android
Konsorsium televisi penyiar debat cawapres memegang prinsip utama yang dimintakan KPU adalah kesetaraan dan keadilan bagi seluruh peserta, untuk memastikan pesan dalam debat sampai pada publik dengan cara sebaik-baiknya. Ini termasuk jatah waktu penyampaian, jumlah tim pendukung, sampai dengan tone dan volume mikrofon.
Konsorsium menjelaskan ketiga cawapres memakai alat pengeras suara yang sama meliputi tiga lapis alat (devices) sekaligus. Yakni Mikrofon, skin tone, dan countryman yang menempel di pipi melalui cantolan telinga dan kabelnya melingkar di belakang leher peserta.
Adapula transmitter bodypack yang dipasang di celana atau pinggang bagian belakang atau saku celana peserta. Lalu, peserta debat juga dipasangi clip-on bodypack yang menempel di baju.
Kemudian ada juga transmitter bodypack yang dipasang di celana atau pinggang bagian belakang atau saku celana peserta. Adapun, mikrofon tangan berupa wireless handheld microphone (WHm) diletakkan di tiap podium peserta.
Konsorsium menyebut tiga lapis alat ini juga telah menjadi standar yang makin banyak dipakai penyelenggara siaran langsung sebagai bentuk kewaspadaan bilamana terjadi malfungsi alat saat acara berlangsung.
Dari evaluasi pelaksanaan debat perdana sebelumnya, KPU juga meminta disiapkan antisipasi akses audio berlapis untuk memastikan masalah audio tidak terjadi.
Dinamika debat dan mobilitas peserta di atas panggung, bisa saja jadi penyebab malfungsi alat sehingga mikrofon terpasang tak bisa berfungsi normal. Keputusan memakai tiga lapis alat sekaligus ditujukan agar tiap lapis alat dapat menjadi cadangan, jika alat yang lain bermasalah.
Dalam konteks debat cawapres lalu, mikrofon clip-on milik cawapres 01, Muhaimin Iskandar sempat lepas beberapa saat, diduga karena Muhaimin mengalungkan sarung di leher.
Meski demikian, kualitas suara yang tersaji di layar tetap prima, karena tersedia dua cadangan mikrofon yang langsung menggantikan fungsi clip-on.
“Ketiga tim peserta memahami dan menyepakati seluruh detail pengaturan event yang telah didiskusikan berkali-kali secara maraton dengan konsorsium penyelenggara,” demikian pernyataan bersama konsorsium.
Lalu terkait suara "udah" yang diduga merupakan suara perempuan pada menit 2.22.17 menjelang berakhirnya acara yang terekam dalam tautan KPU. Setelah dicek, tim menunjukkan suara tersebut adalah milik moderator debat perempuan Liviana Cherlisa yang sedang berkoordinasi dengan mitra moderatornya, Alfito Deannova.
“Pernyataan ini kami sampaikan sebagai tanggung jawab pelaksana acara untuk memastikan penyelenggara debat cawapres telah berlangsung dengan adil, non-diskriminatif dan berkualitas. Misi kami sebagai media dalam Pemilu adalah berkontribusi maksimal pada terpilihnya calon pemimpin terbaik bagi bangsa,” demikian tulis konsorsium.