Suara.com - Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Muhammad Husnil berharap santri menjadi subjek pembangunan yang akan mendorong dan melakukan pembangunan.
Dia menekankan bahwa inilah saatnya santri memiliki peran yang sangat strategis.
“Cuma ada di Pak Anies dan Gus Muhaimin,” kata Husnil dalam podcast Youtube Nur Iswan Channel bertajuk MEMILIH ANIES-IMIN: MOMENTUM EMAS SANTRI DAN PESANTREN I Ft. Muhammad Husnil, Jubir Timnas AMIN, Sabtu, (16/12/2023).
Husnil meyakini bahwa pasangan AMIN bekerja dengan rekam jejak. Calon pemimpin Indonesia itu, kata dia, bukan lagi bekerja dengan jargon “kami akan” tetapi dengan “kami sudah”.
Baca Juga: Anies Jadi Gubernur Pertama yang Izinkan Christmas Caroll di Ruang Ketiga Jakarta
Dalam konteks santri, sudah menjadi kesadaran meski berjumlah kecil tapi mempunyai jaring yang luas yaitu berjejaring dengan orang tua, masyarakat, dan dengan jemaah.
Husnil menegaskan dukungan para kiai sudah dibuktikan dengan nyata. Salah satunya menurut dia ada satu kiai yang mempunyai empat pengajian di mana di dalam satu pengajian memiliki jemaah seribu. “Bila ditotal berjumlah 4.000 jamaah. Yang datang ke kiai itu bukan hanya wali murid, ada juga tokoh masyarakat,” ujar Husnil.
Husnil menjelaskan ketika para kiai memberi dukungan kepada AMIN, mereka memberi kepastian kepada jamaahnya bahwa duet calon pemimpin akan melakukan apa yang menjadi kepentingan bersama.
“Entah kapan momentum ini akan kembali datang. Pasangan yang dua-duanya santri yang mampunyai kompetensi, punya latar belakang yang sangat baik, dan tidak mempunyai beban masalah masa lalu yang baik. Jadi ketika kita mendukung AMIN kita memberi dukungan dengan tulus dan Ikhlas,” tutur dia.
Husnil menginginkan duet AMIN bisa menempati posisi strategis sebagai presiden dan wakil presiden. Dia yakin kebangkitan santri, ulama, dan yang lain akan terwujud.
Baca Juga: Anies Sebut Kunci Kebangsaan Adalah Bahasa Persatuan yang Sama
Sejak dulu, menurut Husnil, para kiai menyadari bahwa persoalan keseharian masyarakat sangat luas. Salah satu contohnya ada pada bekas Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah, Kiai Mochammad Masruri Abdul Mughni.
“Beliau yang menjadi sekretaris Mbah Wahab ketika mondok di Tambak Beras, masyhur dari segi keilmuan,” katanya.
Pelajaran penting dari Kiai Masruri, kata Husnil, adalah bahwa seseorang ketika mendapatkan kepercayaan dari publik dengan menjalankannya sepenuh hati maka kepercayaan itu akan terus tumbuh. Poin utama dalam mengelola umat menurutnya adalah kemaslahatan bersama. Kemaslahatan bersama ini kata dia kemudian menjadi value atau nilai utama di masyarakat.
“Ketika kita mengajar ngaji apa sih yang ingin kita tuju yaitu maslahah amah yakni masalah untuk kemaslahatan bersama,” ujar dia.
Poin kedua dalam mengelola umat menurut Husnil dilihat secara historis kalangan santri sejak awal membayangkan negara merdeka dari penjajahan. Dalam perjalanannya terbentuk organisasi seperti Sarekat Dagang Islam, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan sebagainya.
“Itu pelan-pelan membentuk identitas yang dinamakan Indonesia. Mohammad Hatta sendiri membayangkan Indonesia akan menjadi seperti apa dan sebagainya,” ujarnya.