Suara.com - Calon presiden nomor urut 1 Anies Rasyid Baswedan hadir dalam acara Refleksi Menyambut Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 di Gedung Nusantara IV Kompleks DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Jumat, (15/12/2023).
Pada kesempatan itu, ia mengatakan ketika bertugas sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, pihaknya merasakan betul wilayah ini memiliki keragaman dalam arti sesungguhnya. Dia menjelaskan tidak ada kota lain di Indonesia yang lebih beragam daripada Jakarta.
“Secara unsur suku bangsa luar biasa banyak. Secara unsur lintas agama luar biasa banyaknya. Secara status sosial ekonomi luar biasa,” kata Anies.
Anies mengatakan khusus di Jakarta, publik akan melihat semua unsur terwakili. Dia memberi bukti terkait keragaman dengan berpegang kepada prinsip yaitu membawa kedamaian, ketenangan, dan keteduhan di Jakarta.
Baca Juga: Nelayan Cilacap Dukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, Titip Pesan Ini
“Itu artinya pemerintah (DKI Jakarta) memberikan kesetaraan kesempatan kepada semua. Dalam semua aspek,” tutur Anies.
Anies menjelaskan ada periode di mana umat beragama tidak selalu merasakan kenyamanan. Alasannya, kata dia adanya pembatasan yang dibuat oleh negara. Dia memberi contoh jelang hari besar umat beragama ada periode di mana larangan-larangan itu muncul. Pihaknya merasa jangan sampai ada umat beragama yang ingin menyambut hari besarnya tidak mendapat ruang untuk bisa mengungkapkan. Dia meyakini ruang publik di Jakarta adalah milik publik.
“Bukan milik satu golongan, bukan milik satu agama. Tapi milik semua golongan, milik semua agama. Karena itu ruang publik dibuka bagi warga untuk menyambut hari besar di Jakarta,” ujar Anies.
Anies memberi bukti konkret sejak 2018, menjelang perayaan Natal, pihaknya membolehkan tempat-tempat publik menggelar paduan suara menyambut hari besar dengan mengumandangkan Christmas Caroll.
“Sesuatu yang belum pernah terjadi di ibu kota bahkan di Indonesia secara umum,” katanya.
Baca Juga: Singgung Soal Gemoy Cuma Polesan, Hasto: Prabowo Bukanlah Jokowi
Peristiwa itu kata Anies dilakukan pihaknya untuk mengirimkan pesan bahwa Jakarta adalah kota untuk semua. Di sisi lain ujar dia umat Hindu ketika menjelang perayaan Hari Raya Nyepi diberi ruang untuk melakukan pawai ogoh-ogoh.
“Diberikan ruang kepada umat Hindu untuk mengungkapkan cara menyambutnya ketika mereka akan merayakan Nyepi. Di mana, di ruang publik,” ujarnya.
Ruang publik kata Anies tidak menjadi milik sebagian tetapi milik semua. Di sisi lain umat Islam sempat dilarang melakukan takbir keliling. Anies menegaskan hal itu tidak boleh terjadi lagi.
“Sehingga ruang publik itu dibuka untuk semua,” tuturnya.
Tujuan utama Pemerintah Provinsi Jakarta melakukan itu kata Anies adalah agar warga Jakarta mendapat kesetaraan dan umat berbagai agama bisa merasakan wilayah publik sebagai wilayah bersama.
“Bukan wilayah salah satu pemeluk agama saja,” ujar dia.
Anies mengatakan pihak yang bertugas di negara ini harus memastikan ada kesetaraan bagi semua. Dia menjelaskan ketika republik ini dirancang pembahasan para perancang tidak pernah menggunakan istilah minoritas dan mayoritas.
“Silakan dicek di perdebatan Badan Persiapan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),” kata Anies.