Saraswati mengatakan untuk orang yang memiliki kecerdasan saja belum tentu punya kemampuan untuk merangkum semua pemikiran dengan lancar dalam waktu tiga atau empat menit.
"Jadi mungkin ini bisa menjadi bahan masukan, siapa tahu masih bisa mengubah untuk ke depannya. Menjadi bahan pertimbangan dari KPU sendiri bagaimana untuk adanya mungkin bisa bentuknya town hall. Town hall meeting di mana para pakar atau perwakilan dari lintas generasi bisa menanyakan dan mendalami visi, misi, gagasan setiap paslon sendiri-sendiri," tuturnya.
"Bukan dalam bentuk podcast, bukan dalam bentuk diskusi, tapi lebih ke townhall meeting yang memang itu formal tanpa terlalu membatasi waktu untuk paslon berbicara. Mungkin bisa diperpanjang, karena enggak harus bergantian," sambungnya.
Tanya-Jawab Kurang Efektif
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini berpandangan sesi tanya jawab antara sesama paslon bisa jadi kurang efektif. Mengingat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan tidak berkaitan dengan gagasan.
Sebaliknya bila masing-masing paslon fokus terhadapan pembahasan gagasan selama sesi tanya jawab, tentu sesi ini efektif dilakukan.
"Kalau jadinya menggunakan untuk menyerang, mengkritik dan istilahnya nyinyir, menurut saya itu enggak efektif, dan selama ini kan kita lihat lebih ke arah situ dibandingkan mendalami gagasan," kata Saraswati.
Saraswati melihat sejauh ini sesi tersebut tidak dipergunakaan untuk memberikan tanggapan atas gagasan hingga visi misi yang dibawa oleh paslon. Melainkan dimanfaatkan untuk menjatuhkan calon.
"Jadi istilahnya bukan constructive criticism tapi lebih kepada bagaimana saya bisa men-downgrade lawan saya dan itu yang saya bilang bahwa banyak anak-anak muda sudah tidak tertarik dengan yang seperti itu. Apalagi kebanyakan yang nonton itu sudah punya pilihan," ujar Saraswati.
Baca Juga: Prabowo Buka Nusantara Open 2023, Diikuti 16 Klub Sepak Bola U-17