Suara.com - Komisi Pemilihan Umum pada Selasa (12/12/2023) menyelenggarakan debat capres perdana. Debat kali ini mengusung mengenai tema pemerintahan, hukum, HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga.
Debat diikuti tiga pasangan capres-cawapres yakni nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
Debat merupakan hal yang paling ditunggu-ditunggu publik. Mengingat belakangan memasuki Pilpres 2024 banyak sekali kontroversi-kontroversi yang membuat dunia politik memanas.
Meski segala rekam jejak hingga prestasi sudah disuguhkan bahkan gagasan digaungkan, ternyata tak sedikit orang yang menunggu momen debat sebagai ajang pemantapan pilihan.
Baca Juga: KPU Anggap Gibran Lakukan Pelanggaran Saat Debat Capres, Ada Hukumannya?
Komitmen KPU
Debat ini tentu akan digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Bahkan, KPU sendiri mengaku akan berkomitmen membuat acara debat capres-cawapres lebih menarik untuk anak muda. Khususnya bagi Milenial dan Gen Z.
Merujuk pada data survei Praxis pun jadi bukti kalau debat terbuka dipilih sebagai kegiatan kampanye yang paling memengaruhi preferensi responden dengan presentasi 62,64%.
"Apakah pertanyaan debat terbuka atau tertutup itu menjadi format tersendiri. Termasuk, ada usulan dari pihak perguruan tinggi 'Bisa ngga salah sayu debatnya dilaksanakan di kampus?'," ungkap August Mellaz, Komisioner KPU RI.
Menurut Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia pernah membeberkan hasil penelitian terkait masalah krusial yang dihadapi Gen Z. Survei ini dilakukan periode 20-24 Juni 2023 dengan 12 masalah utama. Namun, ada 5 diantaranya yang paling krusial seperti mengurangi pengangguran, harga kebutuhan pokok, pemberantasan korupsi, keamanan, dan mengentaskan kemiskinan.
Baca Juga: KPU Nyatakan Aksi Gibran Saat Debat Capres Sebagai Pelanggaran
Pengaruh Debat Capres-Cawapres
Bagi pemilih pemula mengikuti pemilu kali ini, membuat acara debat akan memiliki dampak baik untuk perkenalan ke anak muda kepada calon presiden dan wakilnya. Di sisi lain, dampak secara langsung dari debat tersebut untuk swing voters dan undecided voters yang pada pemilu tahun 2019 menjadi karakteristik 30-40% pemilih berdasarkan riset LIPI.
Swing Voters adalah pemilih yang masih galau atau bingung untuk menentukan pilihan. Sementara undecided voters adalah pemilih yang belum bisaa menentukan pilihan.
Jika dibandingkan, di Amerika Serikat justru format debat pemilu tak ada perubahan dan begitu-begitu saja. Namun acaranya dilakukan secara serius dengan kebebasan berekspresi secara penuh.
Lain halnya di Filipina, mereka pernah menggelar pemilu yang dianggap ekstrim. Lantaran Bongbong Marcos Jr yang kini menjadi presiden menolak untuk melakukan acara debat. Ia fokus kampanye di internet dan merasa debat tidak ada gunanya. Siapa sangka kalau hal itu membuatnya menang.