Capres Cawapres Mana yang Pro dengan Gaya Hidup Less Sugar?

Sabtu, 09 Desember 2023 | 15:23 WIB
Capres Cawapres Mana yang Pro dengan Gaya Hidup Less Sugar?
Ilustrasi capres 2024: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. (Suara.com/Ema Rohimah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memperhatikan asupan gila adalah hal penting dalam gaya hidup yang lebih sehat. Apalagi jika memiliki risiko tinggi mengidap diabetes atau bahkan sudah terkena.

Less sugar adalah istilah yang digunakan pada produk yang memiliki kandungan gula setidaknya 25% lebih sedikit daripada versi standar produk tersebut.

Selain itu, Mengonsumsi gula secara berlebihan dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan, termasuk obesitas, diabetes, bahkan penyakit jantung. Minuman kemasan seperti minuman bersoda atau minuman ringan lainnya dapat menjadi sumber asupan tinggi gula.

Pentingnya Peduli Soal Isu Gaya Hidup Less Sugar

Baca Juga: Lengkap! Jadwal Debat Capres Cawapres 2024 dan Temanya, Mulai Digelar Minggu Depan

Minuman berpemanis yang dijual di minimarket atau supermarket itu menjadi salah satu faktor risiko dari diabetes. Lantas kenapa gaya hidup less sugar menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan.

Lantas apa sih alasan kenapa isu ini sangat penting untuk dibahas? Berikut ulasannya.

Pertama, terhitung lebih dari 60% orang Indonesia minum-minuman berpemanis dalam kemasan minimal satu jenis setiap hari.

Kedua, mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan bisa meningkatkan risiko terkena obesitas dan penyakit tidak menular seperti diabates.

Lalu, apakah gaya hidup itu tergantung masing-masing orang? Tentu tidak juga.

Baca Juga: Perbandingan Format Debat Capres-Cawapres 2024 dan 2019

Gaya hidup atau kebiasaan kita sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan lingkungan. Termasuk juga kebijakan pemerintah.

Merujuk WHO, menyebutkan faktor tersebut Social Determinants of Health (SDOH), yaitu kondisi, sistem, daan kuasa di mana orang dilahirkan, tumbuh, bekerja, hidup, dan menua yanng membentuk kehidupan sehari-hari dan status kesehatan.

Mengingat sudah memasuki masa pemilu, bagaimana sih gagasan para capres-cawapres dalam mengendalikan minuman berpemanis dalam kemasan ini? Berikut ulasannya.

Anies-Muhaimin

Gagasan pengendalian PTM dan pola makan sehat menurut paslon Anies-Muhaimin adalah:

1. Pengendalian produk makanan yang membahayakan kesehatan anak.

2. Menurunkan prevalensi stunting dari 21,6% (2022) menuju 11%-12,5% (2029) melalui pendampingan ibu hamil hingga 1000 hari pertama kehidupan anak, kolaborasi lintas sektor serta penguatan dukungan bagi kader desa/ keluarahan untuk menjamin ketersediaan pangan seimbang. Pencegahan infeksi dan perbaikan lingkungan.

Prabowo-Gibran

Gagasan pengendalian PTM dan pola makan sehat menurut paslon Prabowo-Gibran adalah:

1. Mencegah terjadinya stunting pada anak Indoneia dengan Program Gizi Seimbang dan Gerakan EMAS (Emak-Emak dan Anak-Anak Minum Susu).

2. Memberi makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil yang menargetkan lebih dari 80 juta penerima manfaat dengan cakupan 100% tahun 2029.

3. Memperkuat program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat untuk mencegah penyakit, baik penyakit menular (TBC, HIV, dll) dan penyakit tidak menular (jantung, stroke, dll).

Ganjar-Mahfud

Gagasan pengendalian PTM dan pola makan sehat menurut paslon Ganjar-Mahfud adalah:

1. Penguatan pencegahan tengkes (stunting) dengan target prevalensi tengkes di bawah 9%, sekaligus menjamin kualitas tumbuh kembang anak dengan pola asuh berkualitas selama 1000 hari pertama kehidupan dengan kecakupan gizi bagi anak dan bagi ibu hamil serta menyusui. Minimal hingga usia anak mencapai lima tahun, serta edukasi tentang tumbuh kembang serta pendidikan, pengasuhan anak untuk para calon penganting dan bagi remaja perempuan dengan menjadikan ibu sebagai penjaga kesehatan keluarga.

2. Revolusi menu makanan yang berbasis pangan lokal dengan kandungan gizi dibutuhkan oleh anak-anak untuk mencegah tengkes (stunting).

Ternyata gagasan para capres-cawapres belum ada yang menyebutkan secara spesifik mengenai pemanfaatan instrumen sukai MBDK sebagai salah satu bentuk cukai yang diterapkan pada produk yang dianggap berbahaya bagi masyarakat.

Padahal cukai MBDK terbukti efektif loh untuk mengurangi konsumsi minuman berpemanis sekaligus mengurangi risiko PTM di masyarakat.

Cukai MBDK

Merujuk pada World Bank 2020, ketika minuman berpemanis dalam kemasan dikenakan cukai. Maka harga minuman berpemanis gula akan naik.

Tentu saja industri terdorong untuk reformulasi produk menjadi lebih rendah gula. Menurunkan tingkat obesitas dan risiko penyakit tidak menular (diabetes, PJK, stroke dll).

Menurunkan konsumsi minumi berpemanis gula dan kemungkinan meningkatkan konsumsi minuman yang lebih sehat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI