Suara.com - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran, Nusron Wahid menilai pandangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang memandang penguasa saat ini seperti Orde Baru atau Orba tidak tepat.
Menurutnya ada satu ciri-ciri zaman Orba yang tidak terjadi saat kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini, yakni sentralisasi kekuasaan kepada satu partai.
"Dikatakan mirip seperti Orde Baru, saya katakan yang Orde Baru itu siapa? Dan ciri-ciri Orde Baru dan tanda-tanda Orde Baru itu apa? Tanda-tanda Orde Baru itu adalah manakala terjadi sentralisasi kekuasaan di tangan satu partai," kata Nusron di Media Center TKN, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2023).
Nusron menegaskan ciri-ciri tersebut tidak terjadi saat Jokowi memimpin. Sebaliknya, dikatakan Nusron, kekuasaan saat ini tersebar ke berbagai partai.
Baca Juga: Kampanye, Prabowo-Gibran Nobar Final Piala Dunia U-17 di Solo Akhir Pekan
"Dulu zaman Orde Baru kekuasaan itu hanya satu partai, sekarang apakah ciri-ciri itu ada dalam diri Pak Jokowi? Tidak ada. Kekuasaan ini terdesentralisasi ke berbagai partai," ujar Nusron.
Ia mencontohkan bagaimana jabatan menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin tidak hanya diisi dari kalangan satu partai. Melainkan diisi oleh kader dari berbagai partai, termasuk kalangan non partai.
"Menko Perekonomiannya dari Golkar, kemudian Menteri Aaratur Negara itu dari PDIP. Jadi kalau kemudian dikatakan mirip Orde Baru karena ada mobilisasi ASN yang paling bertanggung jawab terhadap mobilisasi ASN yang bisa melakukan itu adalah Menpan RB. Jangan Menpan RB-nya itu dari, nah saya nggak sebut, dari partai tertentu," tutur Nusron.
Ciri lain dari Orba, disehutkan Nusron adalah penggunaan intelijen negara untuk menakut-nakuti rakyat. Ciri lainnya adanya pembungkaman.
"Salah satu ciri lagi Orde Baru adalah Intelijen Negara itu dipakai untuk kepentingan menakut-nakutin orang, kemudian membuat pakta integritas supaya memenangkan calon tertentu," kata Nusron.
Baca Juga: Alasan Ganjar Awali Kampanye di Papua, Yenny Wahid: Pemerintah ke Depan Utamakan Dialog
"Dan saya tahu dan kita semua paham dan itu dilakukan oleh pasangan tertentu, bukan oleh Pak Jokowi. Dan kita juga sama-sama tahu bahwa aparatur-aparatur ini juga mempunyai kedekatan dengan pihak-pihak siapa," sambung Nusron.
Terbatasnya keberadaan partai juga menjadi ciri lain dari Orba. Tetapi hal ini tidak terjadi, mengingat saat ini ada 18 partai.
"Jadi kami melihat tidak ada tanda-tanda nyata bahwa kekuasaan hari ini yang dipimpin oleh Pak Jokowi ini mengarah pada praktik Orde Baru karena syarat-syarat itu tidak ada," kata Nusron.
Megawati Koar-koar Penguasa Rasa Orba
Megawati sebelumnya, meluapkan kejengkelannya terhadap penguasa yang kekinian bertindak seperti era orde baru.
Hal itu disampaikan Megawati dalam pengarahannya di acara Rakornas Organ Relawan Ganjar-Mahfud se-Pulau Jawa di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (27/11/2023).
Awalnya Megawati mengaku enggan menyinggung persoalan tersebut. Terlebih mengenai perundang-undangan yang bisa digunakan untuk menekan rakyat.
"Mustinya ibu enggak boleh ngomong gitu, tapi sudah jengkel tahu nggak kenapa? Republik penuh dengan pengorbanan tahu tidak? Kenapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti zaman orde baru?" kata Megawati.
Pernyataan Megawati itu sontak mendapatkan sambutan dari para ribuan relawan Ganjar-Mahfud yang hadir. Mereka menyerukan, "lawan, lawan, lawan."
Megawati kembali bicara bahwa dirinya adalah manusia juga, terlebih masih disebut sebagai Presiden ke lima RI. Namun ia merasa tak dihormati.
"Ndak, kadang-kadang ya, kadang-kadang apa ya, saya manusia juga dong. Tetapi ya bayangkan, kok saya tidak seperti dihormati ya. Lho, kenapa? Lho saya jelek-jelek pernah presiden lho, dan masih diakui dengan nama Presiden ke-5 Republik Indonesia lho," ujarnya.
Lebih lanjut, Megawati mengaku bingung dengan apa yang terjadi terhadap penguasa yang bertindak seperti orde baru.
Ia pun mengajak rakyat Indonrdia untuk tidak takut melawan kecurangan yang terjadi pada Pilpres 2024.
"Kita kan rakyat Indonesia, polisi juga rakyat Indonesia, yang namanya tentara rakyat Indonesia, aparat juga rakyat Indonesia. Benar apa benar? Insyaf makanya, jangan takut," pungkasnya.