Ia pun menjelaskan, bagaimana rute menuju negara inklusif, yakni meluruskan paradigma dari institusi yang ekstraktif menjadi inklusif.
"Lalu fokusnya, berubah, dari fokus pada pertumbuhan saja menjadi pertumbuhan, pemerataan, dan kelestarian atau berklanjutan. ini artinya bukan hanya konsentrasi membesarkan kuenya, tapi juga merasakan potongan kuenya dirasakan oleh semua," ujarnya.
"Kedua, kalau tidak memikirkan keberlanjutan, generasi ke depan tidak akan mungkin bisa merasakan yang kita rasakan. Kalau ekonominya menghabisi ekologi, lalu akan dapat apa lagi di masa depan kalau ekologinya sudah habis," katanya.