"Mungkin dari sisi politik dinasti memang itu sangat debatable juga sebenarnya. Karena fenomena politik dinasti ini kan tidak hanya terjadi di situ, terjadi di semua tempat di hampir semua tingkatan dari desa bahkan sampai nasional," katanya.
Kendati begitu, jika mengacu pada isu abuse of power yang terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK) hingga Gibran menjadi cawapres Prabowo dalam Pemilu 2024 nanti, akan terjadi persepsi yang berbeda-beda.
Mada meyakini bahwa anak muda saat ini bisa lebih terbuka ketika menentukan pilihannya pada Pemilu 2024 mendatang, meski salah satu paslon teseret dalam politik dinasti.
Pondasi dasar nilai-nilai ketatakramaan masih ada dalam diri kaum muda, seperti tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, tidak membohongi orang lain hingga tidak menyelewengkan kekuasaan dalam melakukan korupsi. Hal itu bisa menjadi dasar anak muda ketika melihat para paslon yang akan bertarung di panggung politik nanti hingga menentukan pilihan mereka.
"Itu juga tergantung dari elitenya, dari paslonnya. Kalau paslon itu dirasakan oleh mereka tidak menerobos nilai-nilai mendasar tadi ya, menghalalkan segala cara, membohongi orang lain, melakukan penyalahgunaan kewenangan, nah saya kira kalau isu yang akan diangkat, itu akan mendapat persepsi yang bisa jadi sangat berbeda dengan isu politik dinasti," kata dia.