Suara.com - Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo menilai, seluruh pihak harus angkat bicara jika demokrasi berjalan semakin tidak liberal dan justru malah terjadi penyelewengan.
Hal itu disampaikan Ganjar saat hadir dalam acara Dialog Terbuka Muhammadiyah Calon Pemimpin Bangsa di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Tangerang Selatan, Kamis (23/11/2023).
Awalnya Ganjar mengatakan, jika bicara soal politik gagasan maka harus bisa menghilangkan identitas yang terlalu dominan.
Misalnya black campaign atau kampanye hitam hingga politik separatis.
Baca Juga: Ada PNS Iuran Buat Pemenangan Ganjar-Mahfud, Ini Kata Menpan
"Kalau kita bicara politik gagasan yuk kita kembali kebersamaan kita, nilai Bhineka Tunggal Ika. Maka hilangkan identitas yang terlalu dominan, black campaign, politik separatis, karena ini yang kita harapkan sebagai bentuk nilai persatuan Indonesia. Ada nilai kemanusiaan juga di sana," kata Ganjar.
Ia menyebut, yang terjadi kekinian ada pihak yang sudah marah justru malah melakukan serangan.
Menurutnya, hal itu tak boleh terjadi.
Maka, kata dia, yang dibutuhkan hari ini ialah demokrasi yang dewasa.
"Kadang-kadang kalau sudah marah serangannya menyerangnya pribadi tapi itu realitas hari ini. Di mana dalam proses demokratisasi kita butuh dewasa. Perlu moral di dalamnya, perlu etik di dalamnya," tuturnya.
Baca Juga: Hasto PDIP: Ciri Pemenangan Pak Ganjar-Mahfud Itu Gerakan Rakyat
Ganjar kemudian bicara kemudian soal jika demokrasi semakin tidak liberal.
Maka yang dibutuhkan nilai persatuan, dan hal tersebut perlu digencarkan.
"Maka kalau lah dalam proses demokratisasi ini mengarah tidak makin liberal tapi makin bisa merasakan bagaimana nilai persatuan juga penting maka rasa-rasanya semua harus menjadi agen untuk itu, speak up ketika terjadi penyelewengan dan sebagainya," ujarnya.
Lebih lanjut, eks Gubernur Jawa Tengah itu menyebut angkat bicara memang penting. Pasalnya kekinian berdasarkan catatan banyak sekali konten-konten hoaks.
"Dan kita melihat 11.642 konten informasi hoaks di Indonesia, 14,7 persen hoaks keagamaan dan biasanya muncul di era-era kontestasi seperti ini," pungkasnya.