Suara.com - Plt Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhamad Mardiono sempat menyinggung simbol-simbol senjata daerah. Salah satunya keris Yogyakarta dan Solo yang menurutnya digunakan untuk menikam lawan dari belakang.
Hal ini disampaikan Mardiono saat memberikan sambutan di acara Mukerwil PPP DKI Jakarta di Hotel Boutique, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (19/11/2023).
Awalnya dia bercerita soal sejarah perjuangan tumpah darah bangsa Indonesia merebut kemerdekaan. Mardiono lantas mengungkap bahwasanya setiap daerah memiliki simbol-simbol senjata perjuangannya.
"Di Aceh punya simbol senjata rencong. Kalau di DKI Jakarta diketahui senjatanya golok. Kalau di Jawa itu senjatanya keris," tutur Mardiono.
Senjata rencong, kata Mardiono, kerap digunakan pejuang Aceh untuk menikam lawan dari belakang. Hal serupa juga dilakukan pejuang DKI Jakarta yang menggunakan golok untuk melawan musuhnya dari depan.
Sementara pejuang Solo dan Yogyakarta, lanjut Mardiono, meletakkan senjata keris di belakang. Sebab pusaka orang Jawa tersebut, kata dia, memang dipergunakan untuk menikam lawannya dari belakang.
"Tapi kalau di Jawa di Yogya, Solo sana itu dari belakang karena memang pusakanya pun ditaruh di belakang," ungkap Mardiono disambut teriakan kadernya.
Bantah Sindir Jokowi
Seusai acara, Mardiono menegaskan pernyataannya itu bukan bermaksud menyindir Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Sebab dirinya juga merupakan orang Jawa.
Baca Juga: Gerakan Desa Bersatu Muncul di Gerbong Prabowo-Gibran, Padahal Dulu Sempat Dukung Anies-Muhaimin
"Enggak ada hubungannya sama itu, kan saya kan orang Jawa, saya kan termasuk orang yang lahir di Yogyakarta, yang saya juga memiliki tradisi budaya Jawa yang di mana saya punya senjata keris juga. Itu pada diri saya jadi kita tidak menghubungkan politik ini singgung menyinggung," jelas Mardioni.
Mardiono lantas mengemukakan maksud daripada pernyataannya menceritakan sejarah perjuangan hingga simbol-simbol senjata daerah itu semata-mata untuk membangkitkan semangat perjuangan kader PPP. Sekaligus memberikan pengetahuan tentang sejarah dan tradisi daerah.
"Simbol-simbol perjuangan itu mengisyaratkan kita ya kita untuk melanjutkan perjuangan itu. Seraya mengadopsi tradisi dan budaya yang kita sebut kearifan lokal," pungkasnya