Suara.com - "Emang boleh se-gemoy ini" begitu cuitan salah satu akun diduga pendukung Capres Prabowo Subianto sembari menyematkan sebuah tautan video yang memperlihatkan momen Prabowo berjoget dan berlari-lari kecil.
Saat proses undian nomor urut Pilpres 2024 di gedung KPU, cawapres Gibran Rakabuming Raka juga terlihat memberikan finger heart dan membawa papan bertuliskan 'GEMOY'.
Branding atau julukan gemoy bagi Prabowo tak luput dari analisa pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny Januar Ali atau biasa akrab disapa Denny JA.
Dalam pesan tertulisnya yang diterima Suara.com, Jumat (17/11/2023), jelang Pilpres 2024, muncul satu kata yang kemudian menjadi branding baru Prabowo. Awalnya Prabowo sendiri tidak tahu apa arti kata itu.
Baca Juga: Memilih Prabowo karena Alasan Gemoy? Pikiran Aneh dan Enggak Jelas
Analisa itu, kata Denny JA, muncul dari sejumlah pemberitaan yang mengaitkan kata gemoy dan Prabowo.
"Kita dapat membaca beberapa judul berita. Misalnya, “Momen Prabowo Berjoget Gemoy Usai Pidato di Depan Megawati dan Para Ketum Parpol.
Berita lainnya., “Relawan di Banten Teriak Prabowo Gemoy Saat Nobar Pengundian Nomor Urut Capres.” Berita lain lagi, “Prabowo Cekikikan, Diteriaki Emang Boleh Segemoi Ini,” oleh relawan," ujar Denny.
Hal itu memantik Denny JA untuk menelusuri arti kata gemoy. Ia pun mencoba mencari di mesin pencarian Google.
"Saya mencari di Google apa arti kata gemoy itu. Ternyata itu plesetan dari kata gemes, atau menggemaskan, perilaku yang lucu, yang imut- imut, yang humoris, tapi membuat orang suka," ujarnya.
Baca Juga: Prabowo Subianto "Gemoy"? Memangnya Prabowo Subianto Segemoy Apa Sih?
Efek Kata Gemoy Ke Elektoral Prabowo
Menurut Denny JA, survei LSI baru saja selesai untuk bulan November 2023. Data menunjukkan peningkatan dukungan kepada Prabowo dari kalangan milenial, yaitu pemilih muda yang lahir setelah tahun 1982.
Di bulan Oktober 2023, di kalangan milenial sebanyak 36,9% mendukung Prabowo. Tapi sejalan dengan semakin populernya istilah gemoy, di bulan November 2023, kalangan milenial yang mendukung Prabowo meningkat menjadi 41,6%.
"Populernya kata gemoi ini sendiri memberikan efek elektoral yang signifikan kepada Prabowo. Atau semakin populernya julukan gemoy untuk Prabowo itu cerminan semakin Prabowo disukai, terutama di kalangan mienial," tutur Denny.
3 Hal Positif Julukan Gemoy Ke Prabowo
Menurut Denny, ada tiga hal penyebab mengapa julukan gemoy itu positif buat Prabowo.
Pertama, kata gemoy itu memberikan citra baru kepada Prabowo.
Kini Prabowo dianggap sebagai tokoh yang rileks saja, yang penuh humor. Bahkan menanggapi hal-hal yang negatif keras sekali kepadanya, respon Prabowo menenangkan.
"Mengapa terjadi perubahan citra itu? Ujar Prabowo dengan jenaka, ia dua kali sudah dikalahkan di pemilu presiden. Karena itu ia mengubah penampilannya menjadi lebih rileks. Semua ia anggap keluarga dan teman," katanya.
Kedua, gemoy sebagai sebuah kata baru sangat populer di kalangan milenial. Ini memang bahasa anak- anak muda. Di mana akhir-akhir ini memang ada beberapa kata baru yang menjadi kata pergaulan dan gemoy salah satunya.
Terutama di kalangan pemain TikTok atau TikTokers, kata gemoy diucapkan untuk mereka yang dianggap menggemaskan, lucu. Kata yang diberikan kepada orang-orang yang mereka suka, yang disayangi.
Ketiga, kata gemoy ini juga membangkitkan kreativitas bertutur. Di mana sekarang banyak ucapan yang menyertai kata gemoy itu.
Kemana pun Prabowo pergi, relawan dan publik yang hadir meneriakkan kata gemoy dengan berbagai redaksi yang berbeda. Salah satu yang populer sekarang ini adalah 'apakah boleh presiden segemoy ini?'
Menurut Denny, kata gemoy menjadi branding baru yang organik dan viral.
"Jelaslah ini menguntungkan Prabowo jika ia tetap menampilkan citranya yang segemoy itu, yang rileks saja, yang humoris, yang akrab, menganggap semua kawan dan keluarga," imbuh dia.