Suara.com - Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Achmad Baidowi alias Awiek membantah jika pidato calon presiden Ganjar Pranowo dalam acara pengundian nomor urut di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI bukan untuk menyerang pihak mana pun.
"Lho, yang menyerang kelompok sebelah mana? Memang ada? Pak Ganjar yang menyebut menyerang kelompok sebelah. Nggak ada itu," kata Awiek saat dihubungi wartawan, Rabu (15/11/2023).
Ia menyampaikan, jika Ganjar hanya memberikan penyampaiannya secara umum. Terlebih yang ditekankan soal Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN).
Apa yang disampaikan tersebut juga untuk pengingat ke internal.
Baca Juga: Ganjar Dapat Nomor Urut 3 di Pilpres 2024, Once Mekel: Pas Banget Metal, Menang Total
"Dia kan menyampaikannya secara umum, bahwa memang reformasi itu tidak boleh ada KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme)," tuturnya.
"Itu kan berlaku untuk semuanya, termasuk juga untuk kelompok pak Ganjar juga," sambungnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan, kalau pun ada yang merasa tersindir dengan apa yang disampaikan Ganjar, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak itu sendiri.
"Ya kalau ada yang merasa gatal, ya berarti harus digaruk. Ya, kalau tidak gatal, ngapain menggaruk. Ibarat orang, kalau tidak gatal ngapain menggaruk-garuk bagian tubuh. Berarti kalau yang menggaruk-garuk bagian tubuh tuh sedang gatal, itu aja," katanya.
Baca Juga: Lewat Pantun, Mahfud MD Janjikan Dukungan untuk Palestina Menguat
Sebelumnya, calon presiden Ganjar Pranowo menyinggung pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi soal adanya drakor di politik Indonesia saat ini.
Hal itu disampaikan Ganjar dalam acara pengundian nomor urut pasangan calon presiden dan calon wakil presiden di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat.
"Beberapa hari ini kita sedang disuguhkan untuk menonton drakor yang sangat menarik publik," kata Ganjar, Selasa (14/11/2023).
Drama-drama politik yang dinilai mengecewakan disebut Ganjar seharusnya tidak terjadi. Dia menilai pihaknya mendengarkan banyak pihak yang kecewa dengan situasi politik saat ini.
"Kami menangkap apa yang menjadi kegelisahan suasana kebatinan yang muncul di masyarakat, ada tokoh agama, ada guru-guru bangsa, ada seniman, ada budayawan, ada teman-teman jurnalis, para aktivis, mahasiswa, dan semuanya sedang menyuarakan kegelisahan," tutur Ganjar.
Untuk itu, dia berharap Pemilu 2024 mestinya bisa menjamin keberlangsungan demokrasi di Indonesia, meski saat ini demokrasi dianggap belum baik.
"Rasanya demokrasi harus kita pastikan bahwa demokrasi bisa baik meskipun sekarang belum baik-baik saja," tandas Ganjar.