Suara.com - Pengamat politik, M. Qodari mengatakan bahwa PDIP saat ini terpecah belah menjadi dua kubu. Dalam menyebutnya, ia menggunakan inisial P dan N. Di mana dua 'pintu' ini menunjukkan sikap yang berbeda pada pemilihan, khususnya anggota legislatif.
"Pintu masuk untuk pencalegan ada beberapa pintu, di Gerindra kan ada pintu D dan H. Nah, di PDI Perjuangan (PDIP) setidaknya ada dua pintu juga. Pintu P dan pintu N," kata M. Qodari dalam sebuah video di kanal Youtube Total Politik, Senin (30/11/2023).
Dalam kesempatan itu, turut hadir politisi PDIP Masinton Pasaribu yang kembali maju pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024. Qodari menuturkan bahwa para caleg PDIP terbagi menjadi dapil P dan dapil N. Kemudian, ia pun menebak di kubu mana Masinton berada.
"Kalau bicara Pemilu Legislatif (Pileg) atau Pilkada, tapi terutama kelihatan kalau Pemilu Legislatif, ada dapil N ada dapil P. Kalau beliau (Masinton) dugaan saya...ada di salah satunya," ujar Qodari.
Baca Juga: Terlanjur Kecewa, Adian Tuding Jokowi Akan Mengalah Asal Anak Tidak Kalah
Lebih lanjut, pembawa acara Budi Adiputro bertanya mengapa dua kubu itu diberi nama P dan N. Padahal, dua-duanya sama-sama berinisial P. Dijawab oleh Qodari bahwa pelabelan yang berbeda tersebut demi memudahkan publik untuk mencerna.
Siapa Sosok P dan N?
Qodari menilai P dan N ini putri-putra mahkota calon penerus di PDIP. Dengan kata lain, dua sosok itu berpotensi menggantikan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum partai. Dilihat dari kode itu, mereka yang dimaksud mengarah pada anak-anak Megawati.
P berarti Puan Maharani yang kini tengah menjabat sebagai Ketua DPP PDIP. Ia merupakan anak dari Megawati dan Taufiq Kiemas. Sementara sosok N adalah Nanda atau Prananda Prabowo yang menjadi Ketua DPP Bidang UMKM, Ekonomi Kreatif, dan Ekonomi Digital.
Prananda sendiri lahir dari hubungan Megawati dengan suami pertamanya, Surindro Supjarso. Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengusulkan Nanda dan Puan untuk memimpin PDIP. Hal ini menjawab soal potensi Jokowi menjadi Ketum PDIP.
Baca Juga: Ke Mana Jokowi yang Dulu? Adian Napitupulu: Sebulan Terakhir Saya Tak Lagi Mengenalnya
"Banyak yang muda-muda (untuk jadi Ketum PDIP). Mbak Puan, Mas Prananda. Saya mau pensiun, pulang ke Solo," kata Jokowi usai upacara HUT ke-78 TNI di Monas, Kamis (5/10/2023).
Kembali ke pernyataan M. Qodari, ia juga mengatakan bahwa pasangan calon G dan M (Ganjar-Mahfud) merupakan kandidat dari N. Lalu, menurutnya, Pilpres 2024 menjadi jalan suksesi bagi PDIP. Meski diputuskan oleh Megawati, namun itu adalah ide N.
"Pilpres ini bukan sembarang Pilpres, tapi menjadi jalan suksesi bagi PDIP. Saya melihat kandidat G dan M ini adalah kandidat dari N," kata Qodari.
"Memang keputusan di tangan Ibu Mega, tapi sesungguhnya selama ini kandidat G-M atau G ini adalah dari kubu N. Kalo G jadi presiden, maka peluang suksesi lebih besar pada kubu N (N menjadi Ketum)," sambungnya.
Atas dasar itu, kata Qodari, sosok P perlu memiliki rencana. Di mana posisinya akan lebih aman jika berada di sisi pasangan calon lainnya, yakni P-G (Prabowo-Gibran). Dengan begitu, P akan mempunyai teman untuk meraih kesuksesan di PDIP.
"Jadi, kalau bicara ini, maka P harus punya game plan tersendiri. Dia akan lebih aman kalau yang jadi G satunya lagi, P-G. Kalau P-G yang jadi, P ini akan punya teman menuju suksesi di PDIP," kata Qodari.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti