Suara.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan alias PDIP mengungkap alasan tidak terburu-buru memecat Gibran Rakabuming Raka sebagai kader, meski yang bersangkutan mendaftar ke KPU sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto.
Komarudin Watubun, Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP, mengatakan bila Gibran dipecat saat ini, maka hal itu bisa didramatisasi sebagai pihak terzalimi alias playing victim.
Tentunya, secara politis, drama sebagai pihak terzalimi akan menguntungkan Gibran dan Prabowo.
Karena itu pula, kata Komarudin, PDIP memilih tidak memperbesar persoalan Gibran yang membelot dari arahan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk memenangkan pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD.
Baca Juga: Gibran Pagi-pagi Sowan ke Gus Miftah di Ponpes Ora Aji, Bahas Pemenangan di Yogyakarta?
"Kalau dipecat, nanti dia (Gibran) akan berkata 'saya dizalimi'. Itu narasi yang sudah sering kita dengar," kata Komarudin.
![Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Komarudin Watubun. [Suara.com/Bagaskara]](https://media.suara.com/pictures/original/2023/07/28/41465-ketua-dpp-pdi-perjuangan-pdip-komarudin-watubun.jpg)
Ia menjelaskan, Gibran sebenarnya secara de facto sudah bagian dari PDIP meski belum diterbitkan surat pemecatannya.
Apalagi, kata dia, secara moral, perkataan Gibran tidak sejalan dengan tindakannya.
Komarudin mencontohkan, Gibran selalu menyatakan kesetiaannya pada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Tapi praktiknya, putra sulung Jokowi itu justru mendaftar ke KPU sebagai cawapres Prabowo.
Tak hanya itu, ketika PDIP mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai bakal capres, Gibran diketahui menemui Prabowo Subianto.
Baca Juga: Survei Polling Institute: Kalahkan Ganjar, Elektabilitas Prabowo Unggul di Jawa Barat
"Saat kami pangil, dia bilang pertemuan itu hanya sebatas wali kota bertemu menteri. Tapi kini bisa dilihat kenyataannya."
Menurut Komarudin, berdasarkan tidak-tanduk seperti itu, Gibran sudah layak diepcat dari PDIP.
Ia lantas meminta Gibran secepatnya mengembalikan kartu tanda anggota PDIP tanpa banyak drama.
"Tidak perlu banyak drama. Kalau memang memutuskan pindah, seharusnya mengembalikan KTA tanpa masalah," ungkapnya.
Terakhir, Komarudin berharap perilaku Gibran ini menjadi contoh politikus muda lainnya untuk selalu konsisten dengan pernyataannya.
"Pemimpin muda seharusnya menjadi tauladan dengan memberikan kepastian. Seorang pemimpin tidak boleh membuat rakyat bingung."