Suara.com - Bergabungnya Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendampingi Prabowo Subianto untuk maju pilpres 2024 ternyata berimbas dengan hubungan Presiden Jokowi dan PDIP.
PDIP sendiri yang memiliki peraturan atas larangan keluarga kadernya untuk mendukung atau bergabung dengan partai lain kini harus menelan kenyataan bahwa keluarga Jokowi lebih memilih untuk melepaskan statusnya sebagai kader PDIP.
Hal ini pun juga ditanggapi oleh beberapa petinggi partai banteng ini sebagai bentuk pengkhianatan terhadap partai. Meskipun setiap insan masyarakat Indonesia diberi kebebasan untuk memilih arah politiknya, namun tindakan yang diambil Jokowi dan keluarganya dianggap sudah melampaui batas.
Kekecewaan pihak PDIP pun akhirnya terungkap secara gamblang usai pernyataan soal Jokowi yang meninggalkan PDIP mencuat. Nyanyian demi nyanyian pun mulai diungkap pihak PDIP yang menganggap Jokowi dan keluarganya sudah mencoreng konstitusi partai terlebih adanya kolaborasi Prabowo - Gibran yang sudah menyalahi aturan partai.
Baca Juga: Puan Maharani Akan Temui Ganjar, Bahas Hasil Pembicaraan dengan Jokowi di Istana Kemarin
Seperti apa nyanyian PDIP terhadap kolaborasi Prabowo - Gibran? Berikut ulasannya yang telah dirangkum Suara.com.
Gibran disebut pembangkang
Kisruh antara PDIP dan Gibran pun mulai terjadi sejak Gibran diisukan akan dicalonkan sebagai cawapres Prabowo beberapa waktu sebelum akhirnya resmi dideklarasikan. Hal ini pun memicu kekecewaan dari petinggi PDIP. Hal ini pun disampaikan oleh Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah.
"Kita semua tahu aturan partai. Keputusan Mas Gibran untuk keluar dari skema yang sudah dicanangkan oleh Ibu Mega bahkan sampai mencalonkan diri sebagai bakal calon wakil presiden di luar dari keputusan partai, maka secara otomati dia telah melakukan pembangkangan terhadap konstitusi partai," ucapa Basarah saat ditemui di Sekolah Partai PDIP Jakarta Selatan, Sabtu (28/10/2023) lalu.
Sebut kecewa sudah ditinggalkan Jokowi
Baca Juga: Makan Siang Bersama, Erick-Prabowo Saling Cerita dan Banyak Tertawa
Perjuangan PDIP dalam mendukung Jokowi di setiap langkah politiknya pun kini harus menelan pil pahit usai "pengkhianatan" yang dilakukan Jokowi terhadap partai yang telah membesarkan namanya tersebut.
"Kami begitu besar mencintai dan memberikan banyak privilege kepada Presiden Jokowi serta keluarga. Namun ternyata pada akhirnya kami ditinggalkan oleh beliau karena adanya permintaan yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan konstitusi partai," ungkap Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.
Isu permintaan Jokowi tiga periode
Kekecewaan yang dialami oleh pihak PDIP pun begitu besar hingga membuat PDIP "kapok" dengan skema politik keluarga yang sedang terjadi saat ini. Politikus PDIP, Adian Napitupulu pun mengungkap pengkhianatan ini pun bermula karena adanya isu permintaan Jokowi untuk memperpanjang jabatannya sebagai presiden menjadi tiga periode.
"Pada dasarnya, semua ada latar belakang. Ketika ada permintaan tiga periode, itu jelas kita tolak. Ini jelas sudah masuk ranah masalah konstitusi, masalah bangsa. Ini akan jadi masalah rakyat yang memang seharusnya kita tidak bisa setujui,” kata Adian dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (25/10/2023) lalu.
Nyanyian Adian ini ternyata dibantah oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Puan pun mengaku pihaknya tidak pernah mendengar permintaan tersebut dari pihak Jokowi.
"Enggak, enggak ada (permintaan). Saya gak pernah dengar beliau meminta kepada kami untuk perpanjangan tiga periode," kata Puan dalam keterangannya di Gedung High End, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023) lalu.
Kontributor : Dea Nabila