Suara.com - Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Faldo Maldini membeberkan isu sakit hati dalam politik yang belakangan ini sering diperbincangkan. Diakuinya, PSI pernah sakit hati saat ditolak menjadi koalisi tim pemenangan bacapres Ganjar Pranowo.
Menurutnya, dunia politik merupakan tempat paling tidak berperasaan.
Lantaran itu, dia mengatakan agar para politisi untuk tidak terbawa perasaan dalam menghadapi pergolakan di dalam perjuangannya di politik.
"Benar sih ini tempat paling paling nggak berperasaan sih kalau gua, politik ini. Nah makanya untuk politisi yang baper kalau diserbu ya udah biasa aja gitu, lu nggak boleh pakai perasaan di sini. Jadi ketika lu pakai perasaan, lu bisa sakit," katanya seperti dikutip Suara.com melalui kanal Youtube Total Politik, Senin (30/10/2023).
Baca Juga: Uniknya Yenny Wahid, Paslonnya Pilih Ganjar-Mahfud MD Tapi Tetap Coblos PSI
Dalam kesempatan tersebut, dia mengaku mendapatkan ilmu baru dalam melalui proses pemilihan presiden 2019 dan 2024.
Diungkapkannya, PSI juga pernah merasa sakit hati ketika pihak bacapres Ganjar Pranowo tidak menerimanya dalam koalisi pemenangan.
"Ada ilmu yang gua dapetin ya gara-gara Pilpres 2019, 2024 ya kita juga patah hati sebenarnya kalau ngomong-ngomong patah hati loh ya. PSI patah hati nggak diterima sama Pak Ganjar ya," katanya.
Faldo lantas membandingkan dengan sikap Prabowo Subianto yang kini menerima PSI. Sebagaimana diketahui, PSI pernah memberikan penghargaan kebohongan terlebay kepada Prabowo pada Pilpres 2019 lalu.
"Pak Prabowo dulu kurang apa (dikatain) PSI terlebay inilah itulah macam-macam bayangin perasaannya," katanya.
Baca Juga: Dukung Prabowo-Gibran, PSI Riau Ngaku Tegak Lurus dengan Pusat
Tak hanya itu, dia juga mengatakan seluruh kader PSI merasa tidak percaya bisa mendukung Prabowo di pilpres kali ini. Mengingat PSI tidak sejalan dengan Prabowo Subianto sebelumnya.
"Ini ada teman-teman gua di kemarin yang hadir di deklarasi Prabowo-Gibran itu gua tanya, gimana perasaan lu? Nggak pernah kebayang di mulut gua bro ngomong hidup Prabowo itu nggak pernah, tapi untung masih ada Gibran ini," katanya.
Kontributor : Ayuni Sarah