"Jepang itu kosakatanya 250 ribu. Bahasa Jerman 300 ribu, Bahasa Mandarin 500 ribu, Bahasa Inggris 1 juta dengan penambahan kosakata per tahun 7.000, adopsi dari mana-mana, Bahasa Arab 12 juta kosakata," ujar dia.
3. Cara Menambah Kosakata: Dari Bahasa Lokal
Tak hanya itu, Anies juga menjelaskan salah satu cara menambah kosakata Indonesia. Ia mengatakan hal ini bisa dilakukan dengan menyerap bahasa lokal menjadi bahasa Indonesia. Apalagi totalnya dari tiap daerah di Indonesia mencapai sekitar 700 bahasa lokal.
"Bila bahasa lokal terus menerus diperkaya, maka kita akan punya spektrum diksi yang lengkap," katanya.
4. Mencontohkan Kata 'Tsunami'
Anies kemudian menyinggung nama Museum Tsunami yang dibangun di Aceh karena masih meminjam diksi dari bahasa Jepang. Padahal, kata dia, Indonesia memiliki bahasa lokal yakni 'smong' atau hempasan gelombang air laut untuk menggantikan kata tsunami.
"Tsunami itu berasal dari bahasa mana? Jepang lah. Di Aceh ada Museum Tsunami. Pertanyaannya, ada enggak kata itu dari Bahasa Aceh? Ada, namanya smong," kata Anies.
Smong sendiri berasal dari bahasa asli Simeulue yang secara historis merupakan rangkaian pengalaman warga Aceh di tahun 2004 terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. Namun, ia mengakui hanya daerah tertentu yang memiliki kosakata smong.
"Bagaimana di Aceh kita buat sebuah museum meminjam bahasa Jepang sebagai museum peristiwa di 2004 yang sebenarnya bisa disebut istilahnya Museum Smong Indonesia," ujar Anies.
Baca Juga: Sempat Bingung, Nikita Mirzani Akhirnya Mantap Pilih Prabowo Jadi Presiden
"Hanya daerah yang pernah merasakan smong, yang akan menyebut smong. Daerah lain enggak punya kosakata itu, karena tidak punya punya pengalaman atas peristiwa itu," lanjutnya.