Suara.com - Mantan Menteri Sekretaris BUMN Said Didu mengkritik putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Ini setelah Ketua MK Anwar Usman mengabulkan gugatan batas usia minimal capres-cawapres dari 40 tahun menjadi 35 tahun, dengan syarat cawapres tersebut sudah pernah menjadi kepala daerah.
Putusan itu diketahui menguntungkan keponakan Ketua MK sekaligus anak Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Terbukti Gibran langsung maju sebagai cawapres Prabowo Subianto begitu gugatan batas usia capres-cawapres dikabulkan MK.
Situasi itu pun langsung memicu kontroversi. Tak sedikit yang merasa kecewa dengan Presiden Jokowi karena dinilai sedang membangun dinasti politik. Apalagi hampir semua anak Jokowi sekarang sudah terjun ke dunia politik.
Sebut saja Gibran yang sudah lebih dulu menjadi Wali Kota Solo. Dalam periode waktu yang sama dengan Gibran, menantu Jokowi, Bobby Nasution juga terpilih sebagai Wali Kota Medan. Kini terbaru giliran anak bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep yang secara instan ditunjuk menjadi Ketua Umum PSI.
Said Didu pun memberikan sindiran keras terhadap keluarga Jokowi yang disebutnya sebagai "keluarga dari Solo". Ia tampak mengomentari pemberitaan seputar Hakim Konstitusi Arief Hidayat yang menyebut MK telah mencoreng sistem ketatanegaraan.
Kritikan dari Arief Hidayat itu kemudian diamini oleh Said Didu. Menurutnya, ambisi satu keluarga dari Solo itu sudah mengancam nasib Indonesia. Hal ini disampaikan Said Didu melalui akun X atau Twitter miliknya, @/msaid_didu.
"Akibat ulah dan ambisi satu keluarga dari Solo, semua aspek bernegara diacak-acak. Jika ini dibiarkan maka negara bisa bubar," kritik Said Didu dalam postingannya pada Kamis (26/10/2023).
Cuitan Said Didu itu langsung mendapatkan atensi luas dari warganet. Kritikannya hingga berita ini dipublikasikan, sudah dibaca 22 ribu kali dan mendapatkan beragam pendapat di kolom komentar.
"Kita doakan saja yang terbaik, masih ada langkah ke depan yang akan mempermalukan dirinya sendiri. Gaya kampanye, debat cawapres, gaya bicara seolah di rekayasa, pasti akan ditinggalkan 'pengikut' dengan sendirinya. (Kecuali yang dibayar)," komentar warganet.
Baca Juga: Membedah Penyebab Panas Dingin Hubungan Jokowi-Megawati: Dimulai Karena Dendam atau...
"Itu hakim-hakim dari kemarin kerjanya hanya curhat gak ada tindakan apa gitu? Mau cuci tangan sambil banyakin folowers kali ya," sentil warganet.
"Akibat munculnya si bocah, semua orang panik dan takut," celetuk warganet.
"Sepertinya mayoritas rakyat, 'walau muak' tapi gowes aja, apalagi wakil legislatif, eksekutif, bahkan yudikatifnya, malah bersengkongkol," tambah yang lain.
"Jangan mau terkecoh dengan drakor mereka, sudah terbaca skenario rezim ini," pesan warganet.
"Gara-gara satu orang. Demokrasi kita dibantai," timpal lainnya.