Suara.com - Pidato Gibran Rakabuming Raka yang dilakukan di Indonesia Arena Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta dipenuhi pendukungnya yang juga ikut mengantarkannya mendaftarkan diri bersama Prabowo Subianto di KPU pada Rabu (25/10/2023).
Menariknya dalam pidato tersebut, Gibran menyebut nama salah satu ulama Habib Luthfi bin Yahya yang hadir dalam agenda tersebut. Saat pidato pembukaan, nama Habib Luthfi sendiri disebut Gibran dari atas panggung.
"Yang saya hormati Abah Habib Luthfi maturnuwun sanget," ucap Gibran sebelum melanjutkan pidato perdananya sebagai cawapres Prabowo Subianto.
Tampil dengan balutan pakaian putih-putih dengan peci hitam, Habib Luthfi tampak duduk di kursi bagian depan dengan para ketua umum partai politik Koalisi Indonesia Maju (KIM). Rais Aam Nahdlaatul Ulama (NU) ini duduk diapit Ketum PSI Kaesang Pangarep dan Ketum PAN Zulkifli Hasan.
Baca Juga: Jelang Kedatangan Prabowo-Gibran, Jajaran Pengurus dan Kader Partai KIM Mulai Ramaikan Kantor KPU
Nama Habib Luthfi bin Yahya sendiri sangat terkenal di kalangan alim ulama tanah air. Dikenal sebagai tokoh Islam terkemuka, Habib Luthfi juga disebut memiliki banyak pengikut.
Sekilas tentang Habib Luthfi
Habib Luthfi memiliki nama lengkap Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya. Ia merupakan salah satu tokoh Islam terkemuka. Ia lahir di Kota Pekalongan 10 November 1947. Habib Luthfi kerap menggelar pengajian bulanan setiap malam jumat kliwon (penangalan jawa) di rumahnya yang selalu dihadiri oleh ribuan pengunjung.
Bagi kalangan pengikut terekat, Habib Luthfi juga dianggap sebagai seorang sufi yang mendalami ilmu tasawuf serta matang secara spiritual dan rohaniah.
Sebagai seorang sufi, Habib Luthfi juga menjadi ketua Tarekat Syadziliyah, yaitu salah satu tarekat yang memiliki pengikut cukup banyak di Indonesia, dan merupakan Rais Am Nasional Jam'iyah Ahlu Thariqah al Mu'tabarah an Nahdiyah (JATMAN) sebuah organisasi thariqah (badan otonom) dibawah organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Baca Juga: Rosan Roeslani Resmi Jadi Ketua Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Gibran di Pilpres 2024
Habib Luthfi, oleh cendikiawan Muslim Nurcholis Majid, diidetifikasikan sebagai pengawal tasawuf kontemporer dengan corak tasawufnya memiliki sifat tajdid (memperbaharui) baik pada konsep, cara pandang dan pengamalan dari unsur bid'ah, khurafat, dan takhayul.
Habib Luthfi menghabiskan masa kecilnya di Pekalongan. Belajar mengaji dari orangtuanya hingga umur 12 tahun ketika ayahnya meninggal.
Setamat dari Madrasah Salafiah tahun 1959, Habib Luthfi melanjutkan studinya ke beberapa pondok pesantren diantaranya pesantran Benda Kerep, Cirebon. Dan beberapa kota lain seperti Indramayu, Purwokerto dan Tegal.
Setelah itu karena mendapatkan beasiswa dari pesantren, ia melanjutkan menuntut ilmu ke Mekkah, Madinah dan di beberapa negara di Timur Tengah lainnya.
Ia menerima ilmu syari'ah, thariqah dan tasawuf dari para ulama-ulama besar, wali-wali Allah yang utama, guru-guru yang penguasaan ilmu di kalangan umat Islam tidak diragukan lagi.
Dari Guru-guru tersebut ia mendapat ijazah Khas (khusus), dan juga 'Am (umum) dalam Dakwah dan nasyru syari'ah (menyebarkan syari'ah), thariqah, tashawuf, kitab-kitab hadits, tafsir, sanad, riwayat, dirayat, nahwu, kitab-kitab tauhid, tashwuf, bacaan-bacaan aurad, hizib-hizib, kitab-kitab shalawat, kitab thariqah, sanad-sanadnya, nasab, kitab-kitab kedokteran. Dan ia juga mendapat ijazah untuk membai'at.
Ijazah ini tidak diberikan begitu saja tetapi melalui sebuah ujian dan adanya pengakuan dari para guru dan ulama-ulama besar.
Selain modal keilmuan yang diperoleh dari sejarah pendidikannya, Habib Luthfi juga mempunyai sumber legitimasi kultural, kharisma kepemimpinan, dan pengakuan sebagai ulama besar dari garis keturunan yang dimilikinya hingga Nabi Muhammad SAW.
Dalam sejarah Pekalongan kakek Habib Luthfi yaitu Al-Habib Hasyim merupakan seorang ulama besar di pekalongan. Al-Habib Hasyim dikenal oleh masyrakat lokal sebagai salah satu tokoh yang turut menentukan pembentukan Nahdlatul Ulama (NU) bersama Kyai Hasyim Asy'ari pendiri NU.