Bahkan menurutnya, kecenderungan seseorang yang berkuasa untuk mempertahankan kekuasaan untuk dilanjutkan kepada keluarga baik istri, suami, anak dan family lainnya sudah seakan-akan jadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang yang sedang berkuasa.
Josef mengemukakan, ada kondisi yang kontras dengan politik dinasti, lantaran banyak pemimpin atau kepala daerah masih memiliki ikatan kekerabatan juga.
Ia pun mengatakan bila tidak suka dengan orang-orang yang terkait dengan politik dinasti, maka jangan dipilih calon yang menjadi saudara, family dari orang yang sedang berkuasa.
"Justru pada kenyataannya yang terpilih adalah mereka yang dianggap sebagai dinasti, ini satu hal yang aneh tapi nyata," katanya.
Bila dikaitkan dengan Keluarga Jokowi, Josef mengakui bahwa keberadaan Gibran dan Bobby Nasution memang bisa dikatakan sebagai bentuk dinasti, namun keduanya dipilih menjadi wali kota juga sudah melalui proses demokrasi yakni, pilkada untuk tingkat kepala daerah.
"Artinya, rakyat yang memilih mereka sehingga mereka sah terpilih sebagai Wali Kota,” ujar dia.
Ia kemudian mempertanyakan, kenapa baru sekarang malah ramai tuduhan politik dinasti. Sebab menurutnya, bila diloloskan dan berhasil menjadi kontestan, seharusnya rakyat dengan sadar tidak memilihnya.
"Seandainya juga dikatakan, kenapa diloloskan sebagai calon, seharusnya jangan dipilih,” kata dia.
"Kedaulatan ada ditangan rakyat yang memilih pemimpin," katanya.
Untuk diketahui dalam beberapa waktu belakangan, isu politik dinasti santer menjadi pembicaraan publik tak lama setelah Gibran menjadi calon wakil presiden (cawapres). Bahkan isu politik dinasti mulai menjadi serangan-serangan politik yang dilanccarkan kepada pasangan Prabowo-Gibran sebelum mereka mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).