Suara.com - Sejumlah lembaga survei mengeluarkan hasil riset yang dirilis pada Oktober 2023. Dari sejumlah lembaga yang melakukan survei, hasilnya nama Prabowo Subianto yang selama ini bertengger di atas papan survei, berpotensi ditelikung Ganjar Pranowo.
Meski nama Prabowo mendominasi dari hasil survei yang dirilis enam lembaga sejak 1 Oktober hingga 23 Oktober 2023, namun Ganjar Pranowo memiliki peluang yang cukup besar untuk menyalip Ketua Umum Gerindra tersebut.
Dalam survei yang dilakukan IPSOS misalnya, nama Ganjar Pranowo bersama cawapresnya, Mahfud MD berada di pemuncak elektabilitas meski unggul tipis kurang dari satu persen. Survei yang dilakukan IPSOS sendiri dilakukan pada periode 17-19 Oktober 2023 dengan metode telesurvei.
Kemudian berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia, Ganjar mendapat 37 persen unggul 4 persen di atas Prabowo yang hanya mendapat 33 persen, sedangkan Anies berada di posisi ketiga, yakni 21,5 persen.
Baca Juga: Survei Ipsos: Ganjar-Mahfud Menang Telak Lawan Prabowo-Gibran, Pasangan AMIN Tercecer
Sedangkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan LSI pada periode 16 hingga 18 Oktober 2023, Prabowo-Gibran mendapat 35,9 persen, kemudian Ganjar-Mahfud 26,1 persen dan Anies-Muhaimin hanya 19,6 persen. Meski begitu, ada 18,3 persen responden yang belum menentukan pilihannya.
Dari penggambaran tersebut, tentunya sangat memungkinkan bila Prabowo bisa saja tersalip.
Apalagi saat ini pasangan Prabowo-Gibran sedang diadang dengan wacana yang cukup serius diembuskan lawan politiknya, politik dinasti dan nepotisme.
Pasalnya, putusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan seseorang yang maju menjadi capres maupun cawapres minimal berusia 40 tahun atau pernah menjadi penyelenggara pemerintahan.
Tentunya hal tersebut dianggap menjadi karpet merah untuk Gibran maju di tingkat politik nasional.
Baca Juga: Hasil Survei LSI: Pemilih PPP Pecah, Mayoritas Dukung Prabowo
Sementara di lain sisi, bisa menjadi batu sandungan cukup dalam bagi 'Sang Veteran Pilpres' Prabowo Subianto yang menjadi kali keempat baginya menjadi peserta kontestasi Pemilu di Indonesia.
Namun menurut pengamat politik sekaligus peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdus Salam, kehadiran Gibran dalam peta politik nasional menjadi magnet baru dan mengubah peta politik nasional.
"Kejutan yang tidak terduga dan sungguh mengagetkan. Terus terang saya tidak menduga dan tidak terbayang sama sekali. Saya baru menerka-nerka itu setelah adanya putusan MK (Mahkamah Konstitusi) sore hari itu," katanya seperti dikutip Antara, Senin (23/10/2023).
Meski begitu, Pengamat politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai Gibran harus menunjukkan kemampuan dan kecakapannya kepada publik bahwa layak dipilih menjadi calon wakil presiden.
"Menunjukkan kepada publik, menunjukkan kepada rakyat, dan menunjukkan kepada pemilih bahwa layak untuk dipilih oleh Prabowo dan Koalisi Indonesia Maju," kata Ujang saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Apalagi, Gibran minim pengalaman memimpin daerah karena baru lebih dari dua tahun menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Untuk menjawab keraguan publlik, Gibran perlu menunjukkan karya nyata.
"Jadi, itu yang harus ditunjukkan agar masyarakat secara terang-benderang menilai Gibran adalah sosok figur yang pantas, yang memang layak untuk bisa disandingkan dengan sosok Prabowo," jelasnya.
Sementara itu, Pengamat politik dari Universitas Indonesia Ade Reza Hariyadi menilai pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md sangat mungkin meraih dukungan mayoritas anak muda.
Menurutnya hal itu bisa terwujud bila program Ganjar-Mahfud mampu meyakinkan mereka. Sebab itu, dia menilai perlu kerja-kerja politik yang intens untuk meyakinkan pemilih dari kalangan kaum muda.
"Ini soal mampu atau tidak membangun pesan. Biasanya pemilih muda ini sangat visioner dan cenderung melihat hal-hal yang bersifat rasional dan proven," ujarnya.
Lantaran itu, Ade mengemukakan bahwa Ganjar-Mahfud harus punya visi dan misi yang sejalan dengan kebutuhan kaum muda da menerjemahkannya menjadi program-program yang terukur dan rasional.