Meski begitu, sebenarnya masih ada alternatif lain yang bisa menjaring pemilih dari basis NU untuk dijadikan Prabowo menjadi cawapres, yakni Khofifah Indar Parawansa dan Yenny Wahid.
"Itu juga potensial merebut suara NU di Jatim, apalagi itu mewakili perempuan. Cuma plus minusnya dengan Erick Thohir adalah ketika, Khofifah itu terlepas dari apapun, punya prestasi kerja, kepemimpinan sukses dan sebagainya, punya jaringan yang luas, mantan ketua fatayat, tapi pernah ada selentingan-selentingan berkaitan dengan aparat hukum," ujarnya.
Sementara itu, Indaru menilai Yenny Wahid memang memiliki basis massa NU yang baik, tetapi kekurangannya ada pada pengalamannya dalam dunia pemerintahan serta manajerial di dalamnya. Sehingga jika dibandingkan dengan Erick Thohir masih belum cukup mumpuni.
"Dan tentu Erick Thohir yang sudah punya pengalaman di pemerintahan dan pengusaha. Cuma dia (Erick Thohir) itu tadi di NU kan 'dicangkok' bukan dari basis awal dari bawah NU. Saya pikir juga menjadi kendala tapi alternatif-alternatif yang ada tinggal itu. Namun yang pasti, NU akan tetap seksi dalam proses Pilpres kali ini," ujarnya.
Dua Pantun Muzani
Sebelumnya diberitakan, Partai Gerindra memberisi kisi-kisi tentang sosok cawapres Prabowo Subianto. Isyarat itu disampaikan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani melalui dua pantun.
Pantun itu disampaikan Muzani ketika menanggapi pertanyaan perihal peluang Prabowo melirik Yusril Ihza Mahendra yang notabene menguasi bidang hukum, menyusul Mahfud MD yang resmi menjadi cawapres Ganjar Pranowo.
Muzani tidak menanggapi pertanyaan itu, namun ia justru memilih memberikan kisi-kisi melalui pantun mengenai siapa sosok cawapres Prabowo.
Pantun ini dibacakan Muzani usai melangsungkan pertemuan tertutup dengan sejumlah elite Gerindra dan KIM di sebuah rumah nomor 35 di Jalan Sriwijaya I. Letaknya 100 langkah dari kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara Nomor IV, Jakarta Selatan.
Melalui pantun pertama yang dibacakan, Muzani memberikan sinyal cawapres Prabowo merupakan anak muda. Sementara pada pantun kedua, Muzani memberikan isyarat bahwa Prabowo akan didampingi oleh figus yang memili pengalaman di pemerintahan.