Suara.com - Pengamat Politik Universitas Islam Riau, Roni Sahindra menyebut jika Yusril Ihza Mahendra sudah teruji dengan pengalamannya di birokrasi dan hukum sehingga dinilai cocok mendampingi calon presiden (capres) Prabowo Subianto.
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu juga seorang cendekiawan, sangat memahami keberagamaan serta mewakili tokoh dari luar Jawa.
“Yusril sudah banyak memberikan kontribusi besar pada bangsa Indonesia dengan kehadirannya di pemerintahan dan berakselerasi dengan partisipasinya dalam kepartaian,” kata pengajar di Universitas Islam Riau itu ditulis Selasa (17/10/2023).
Roni bahkan menegaskan, duet Prabowo-Yusril akan memberi warna baru kepemimpinan Indonesia ke depan dengan terjadinya keterwakilan militer dan sipil, Jawa dan luar Jawa, yang mewakili kemajemukan masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Gibran Diumumkan Jadi Cawapres Saat Prabowo Ultah Hari Ini?
“Bukan hanya politisi tapi sangat memahami serta menghargai keberagaman. Karena itu akan sangat tepat jika beliau dapat menjadi pasangan Prabowo dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2024 mendatang,” tambahnya.
Pertimbangan kapabilitas
Figur calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo Subianto menjadi pembicaraan publik. Hal itu mengingat dari berbagai survei pun posisi elektabilitas Prabowo selalu berada di peringkat atas, baik di putaran pertama maupun kedua. Dengan siapa pun berpasangan, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu kemungkinan besar akan memenangi pemilihan presiden (pilpres).
Melihat kenyataan itu, pertimbangan siapa yang menjadi cawapresnya tidak semata-mata bertumpu pada elektabilititas, tetapi juga mempertimbangkan faktor kapabilitas dan pengalaman. Wakil Presiden bukan sekadar pelengkap apalagi ban serep, mengingat tugas-tugasnya ke depan makin berat untuk membantu presiden dalam semua aspek penyelenggaraan negara.
Berkaitan dengan itu, figur Yusril, akhir-akhir ini peluangnya menjadi bakal cawapres pendamping Prabowo terus menguat. Hal itu misalnya tercermin dari hasil riset terbaru yang mengungkapkan sosok Yusril sebagai figur favorit pendamping Prabowo.
Baca Juga: Gerindra Akui Sudah Berkomunikasi dengan Gibran Pasca Putusan MK, Apa yang Dibicarakan?
Direktur Lembaga Riset Publik (LRP) Muhamad Yunus, misalnya, menyebut hasil survei lembaganya menunjukkan sebanyak 14,3 persen responden memilih Yusril.
"Nama Yusril mulai mencuat karena dianggap memiliki kualitas personal yang tidak dipunyai nama lain yang digadang-gadang bakal mendampingi Prabowo," kata dia.
Menurut Yunus ada tiga keunggulan Yusril yang paling disorot dan menjadi pertimbangan pemilih. Ketiganya mengacu kriteria kualitas, yakni sosok Yusril sebagai ahli dan praktisi hukum tata negara, tokoh cendikiawan Muslim, dan anti-intervensi asing.
"Keunggulan ini dianggap sejalan atau melengkapi capres Prabowo yang dipersepsi tegas dan berani," terangnya.
Analis Politik dari Lembaga Survei Kedai KOPI Hendri Satrio, juga menyebutkan nama Yusril telah mengerucut bersama Erick Thohir menjadi sosok yang tepat dari luar Jawa untuk pendamping Prabowo.
“Pak Prabowo memahami soal ekonomi. Sementara Yusril bisa membantu mengelola negara karena mempunyai kapabilitas tentang kenegaraan," ujar Hendri, Sabtu (14/10/2023).
Ada tiga hal yang menurut Hendri membuat Yusril sangat kuat dalam pencalonan Cawapres Prabowo. Pertama, Yusril sangat paham soal hukum tata negara dan isu-isu kenegaraan mengingat ia pernah menjabat Menteri Sekretaris Negara, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Hukum dan Perundang-undangan di beberapa presiden.
“Yang kedua adalah Yusril memiliki modal partai yakni di PBB. Kemudian yang ketiga adalah sudah banyak melayani dan membantu presiden sejak orde baru hingga pascareformasi,” kata Hendri.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, juga mengungkap hal yang sama.
Pangi menilai, Yusril adalah tokoh senior yang sudah matang dan selama ini track record-nya bersih alias clear. Pengalaman panjang Yusril dalam pemerintahan, yang mencakup berbagai jabatan strategis pun memberinya wawasan yang mendalam tentang kompleksitas sistem pemerintahan.
Kombinasi itu, ujar Pangi, memberikan wawasan yang mendalam tentang isu-isu yang penting bagi masyarakat Indonesia dalam menjawab tantangan pemerintahan di masa depan.
"Dalam temuan riset Voxpol alasan pemilih di dalam memutuskan pilihan cawapres sangat signifikan pengaruhnya ditentukan figur kandidat calon wakil presiden sebesar 67,6 persen," ucap dia.
Sementara itu, pengaruh partai politik pengusungnya hanya sebesar 6,8 persen. Itu artinya pemilih lebih cenderung tertarik pada kapasitas figur atau ketokohan kandidat, ketimbang partai politik pengusungnya.
Data Voxpol periode Agustus 2023 juga menunjukkan 62,6 persen publik Indonesia menilai pemerintahan saat ini cenderung dianggap tidak lepas dari praktik-praktik korupsi.
Publik juga memberikan penilaian buruk terhadap kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi, di mana 46,5 persen menganggapnya rendah. Secara umum, 44,3 persen publik memberikan penilaian yang juga rendah terhadap kinerja pemerintah dalam penegakan hukum.
"Nah dalam konteks ini, Yusril menjadi semakin relevan dan sangat dibutuhkan untuk mengatasi problem pekerjaan tersisa masalah lemahnya penegakan hukum dan agenda pemberantasan korupsi di Indonesia," jelas Pangi.