Suara.com - Duet Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 disebut tidak mudah diterima oleh publik. Prabowo tetap harus kerja keras jika nantinya benar gaet putra sulung Presiden Jokowi jadi Cawapres jika ingin menang.
Hal ini disampaikan Analis politik yang juga pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Raja Muda Bataona.
"Duet ini hanya akan menjadi surprice kecil secara politik karena efeknya tidak cukup kuat untuk memastikan kemenangan Prabowo," kata Mikhael Raja Muda Bataona di Kupang, Jumat (13/10/2023).
"Prabowo tetap butuh kerja sangat keras untuk menang karena duet ini tidak mudah diterima oleh publik," Prabowo menambahkan.
Baca Juga: Jarang-jarang, Gibran Emosi Tandai Warganet Ini: Anda Sudah 2 Kali Hina...
Bataona menyebut duet Prabowo dan Gibran bisa saja terjadi jika MK mengabulkan uji materi batas usia minimal capres/cawapres. Putusan itu baru akan disampaikan hakim MK pada Senin (16/10/2023) mendatang.
"Itu normal karena Prabowo menghitung dukungan Jokowi, tetapi duet ini tidak akan menjadi sebuah kejutan besar dalam politik. Variabel Gibran tidak bisa langsung menjadi game changer Pilpres 2024," tuturnya.
Menurutnya duet Prabowo-Gibran akan berhadapan dengan rasionalitas publik.
"Mengapa? Karena pemilih saat ini sudah lebih rasional dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya," kata pengajar Investigatif News dan Jurnalisme Konflik pada FISIP Unwira itu.
Lebih lanjut, ia menyebut tentang bahaya politik dinasti, etika politik, dan moralitas sebagai hal yang tidak bisa dinegosiasikan dalam politik, telah menjadi hal yang cukup luas dipahami publik hari ini.
Baca Juga: Relawan Jokowi di Jateng Putuskan Dukung Prabowo Jadi Presiden 2024
"Maka, penolakan publik itu akan nyata. Resistensi itu akan kuat terjadi yang justru merugikan Prabowo," katanya.
Tidak hanya itu, pihak yang tidak suka Gibran maju juga bakal memunculkan isu soal pengkhianatan terhadap Ketum PDIP Gibran Rakabuming Raka.
"Belum lagi isu pengkhianatan terhadap PDI Perjuangan yang justru membuat publik simpatik kepada Ganjar sebagai capres dari partai itu," katanya.