Suara.com - Institut Kajian Pertahanan dan Intelijen Indonesia (IKAPII) berharap, masyarakat mampu memahami karakter calon pemimpin yang cerdas dan ahli strategi baik dari politik, ekonomi, sosial maupun pertahanan.
"Sebentar lagi Indonesia akan melaksanakan Pemilu 2024. Jika masyarakat Indonesia salah memilih, maka kemungkinan yang terjadi kita mengalami kemunduran," kata Direktur Eksekutif IKAPII Fauka Noor Farid pada Kamis (12/10/2023).
Jika Indonesia berambisi untuk menjadi negara yang berpengaruh dan dihormati di mata bangsa lain, maka penting bagi para pemilih untuk menggunakan hak suaranya dengan bijak dalam menentukan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2024.
"Jadi yang dibutuhkan bangsa ini bukan calon pemimpin yang pencitraan, tapi ahli strategi dalam semua aspek, baik ekonomi maupun militer," kata Fauka, dikutip dari Antara.
Baca Juga: Respon Desas-desus Golkar Bakal Tinggalkan Koalisi Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto Buka Suara
Menurut dia, strategi ekonomi dan strategi militer sangat diperlukan bangsa Indonesia untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
"Untuk menjadi negara berkembang dan memiliki potensi, kita butuh pemimpin yang memahami strategi ekonomi yang baik dan strategi militer," katanya.
Saat ini, menurut Fauka, Indonesia memegang reputasi yang tinggi di Asia Tenggara berkat keunggulan kekuatan militernya, meskipun alokasi anggaran untuk alat utama sistem persenjataan masih belum mencukupi.
"Faktanya, militer kita saat ini adalah yang terkuat di kawasan Asia Tenggara, meskipun anggaran alat utama sistem persenjataan kita masih di bawah Singapura," ungkap ahli intelijen tersebut.
Namun, bukan hanya itu, masyarakat juga perlu mencari sosok pemimpin yang mampu mengembangkan dan melindungi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta mendukung para petani.
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memastikan ketersediaan pangan, terutama di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan ukuran yang besar. "Potensi kuat di sektor pangan akan mempermudah kita untuk berbicara di ranah ekonomi internasional," kata Fauka.