
Dalam situasi itu, Prabowo diceritakannya sempat protes dengan nada tinggi karena banyak yang mempertanyakan ke-Islamannya.
"Dengan nada suara tinggi, ia memprotes pihak-pihak yang meragukan kualitas keislamannya, ibadahnya, kemampuannya mengaji dan menjadi imam shalat," katanya.
"Yang sangat mengejutkan, ia berbicara sambil meninju keras meja rapat di depannya, sampai lima kali tinju, sehingga para ulama dan tokoh-tokoh yang hadir terperangah. Suasana menjadi tegang," sambung Usamah.
Kata Usamah, sehabis forum itu selesai, Dewan Penasihat 212 tidak lagi membahas soal rekomendasi pencalonan Prabowo.
"Pertemuan malam itu seakan-akan menjadi legitimasi bahwa PA 212 secara resmi merekomendasikan Prabowo Subianto. Tak ada lagi musyawarah, apalagi voting," ungkapnya.
2. Lempar Ponsel
Lagi lagi cerita yang tersaji pada Pemilu 2009. Aksi tempramen Prabowo itu ditunjukkan ketika Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menarik dukungan dari Partai Gerindra.
Mulanya, para petinggi PPP bertemu Prabowo di kediaman Hashim Djojohadikusumo di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan pada 10 Mei 2009.
Para petinggi PPP yang dimaksud ialah Suharso Monoarfa, Suryadharma, Joko Purwanto hingga Hasrul Azwar.
Kehadiran mereka itu bermaksud untuk berpamitan dengan Prabowo karena PPP memutuskan mencabut dukungan.