Suara.com - Peneliti BRIN Siti Zuhro, menilai, jika PDI Perjuangan atau PDIP tidak perlu menyiapkan strategi khusus untuk meraih suara warga Nahdliyin, agar memilih Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden di Pilpres 2024.
Menurutnya, partai besutan Megawati Soekarnoputri itu sudah memiliki lumbung suara dari warga NU. Sebab, kata dia, NU dan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Presiden Pertama RI Soekarno pada 1927 memiliki keterkaitan satu sama lain.
"Jangan lupa sebetulnya mengapa NU dan PNI dulu kala diteruskan dengan PDIP, PKB dan PPP dapat bekerja sama? Mereka itu punya ceruk dukungan yang berimpit, jadi warga NU itu tidak asing dengan PNI," kata Siti di Jakarta dikutip Jumat (8/9/2023).
Adapun memang PDIP sebelum seperti sekarang, berawal dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang dibentuk pada 10 Januari 1973.
Partai ini dibentuk dari partai gabungan PNI dengan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik.
Dalam survei terbaru Litbang Kompas pada Mei 2023 yang menunjukkan PDIP merupakan partai yang paling banyak dipilih oleh warga Nahdlatul Ulama (NU).
Berdasarkan survei ini, elektabilitas PDIP di kalangan NU juga meningkat dari 19,9 persen pada Januari 2023 menjadi 22,6 persen pada Mei 2023.
Atas dasar itu, kata dia, PDIP tak perlu berbuat banyak dalam meraup suara warga NU. Namun, ia tak mungkiri PDIP pasif dalam melakukan kerja sama politik dengan partai lain.
Hal ini terlihat dari PKB yang tak bersama PDIP dalam Pilpres 2024. Menurutnya, Megawati Soekarnoputri merasa dapat mengajukan bacapres pilihannya tanpa perlu melakukan kerja sama politik.
Baca Juga: PPP Beberkan Ada Parpol dan Tokoh yang Buka Komunikasi untuk Dukung Ganjar
"Itu kan partai mikir juga terus apa dapatnya kalau tidak ada koalisi gitu," ujarnya.
Keyakinan inilah yang membuat Siti menilai PDIP tak perlu berbuat banyak sebagai partai wong cilik, karena kesolidan itu yang akan mengantarkan mereka pada kemenangan dalam Pilpres 2024.
"Tidak perlu (streategi khusus), makanya saya bilang ongkang-ongkang kaki (suara) wong cilik (sekitar) 6 hingga 7 persen dapat," pungkasnya.