Suara.com - Politisi Senior Golkar, Aksa Mahmud menyatakan partainya tidak akan terpecah meski nantinya Ridwan Kamil selaku kader menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres), pasangan Ganjar Pranowo. Ia menyebut partai lambang beringin itu akan tetap bergabung dengan koalisi pendukung Prabowo Subianto.
Menurutnya, Golkar adalah partai moderat yang terbuka dengan kemungkinan apapun. Segala dinamika politik akan diselesaikan tanpa ada perpecahan.
"Golkar (sudah) biasa. Golkar kan itu sudah go public kalau perusahaan, sudah main di umum," ujar Aksa di kantor PWNU DKI, Jakarta Timur, Kamis (7/9/2023).
"Enggak, enggak (terpecah). Golkar kan sudah moderat," tuturnya.
Baca Juga: Alasan PKB-PKS Tak Kunjung Silaturahmi: PKB Tunggu Dukungan, PKS Tunggu Cak Imin Sowan
Lebih lanjut, kondisi kader Golkar menjadi kandidat Pilpres tapi tak didukung partai disebut Aksa sudah pernah terjadi pada Pemilu 2004 lalu. Saat itu, Jusuf Kalla menjadi Cawapres berpasangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Saat itu, Golkar berkoalisi dengan tiga partai lain mendukung pasangan Wiranto dan Salahudin Wahid.
Hal serupa juga terjadi pada Pilpres tahun 2014. Jusuf Kalla yang menjadi Cawapres pasangan Joko Widodo (Jokowi) juga tak didukung Golkar.
Pada masa itu, Golkar memilih mendukung pasangan Prabowo-Hatta Radjasa.
"Sama dengan pak JK dulu juga tidak didukung dengan Golkar tapi dia orang Golkar. Bahkan mantan ketua umum Golkar. Tapi tetap mewakili pak SBY," ucapnya.
Baca Juga: Sindir Anies-Cak Imin, PDIP: Gagasan Perubahan, tapi Tindakan Tidak Ada
Sementara, terkait dengan Cawapres dari Koalisi Indonesia Maju yang diikuti Golkar, Aksa mengaku belum mendapatkan bocoran.
"Ya kami lihat nanti, tentu ketua umum biasanya (yang diajukan). Kita menunggu petunjuk dari atas," pungkasnya.
Menurut Aksa, kepastian jadi atau tidaknya Ridwan Kamil maju sebagai Cawapres tinggal menunggu persetujuan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
"Tapi kita menunggu bagaimana bu Mega. karena bagaimanapun bu Mega," ucapnya.
Aksa mengatakan, pemilihan Ridwan Kamil sebagai Cawapres Ganjar lantaran PDIP membutuhkan sosok yang bisa mendulang suara dari Jawa Barat. Sebab, Ganjar bersama PDIP sudah menguasai Jawa Tengah.
Strategi tersingkat memenangkan Pilpres, kata Aksa, adalah menguasai dua Provinsi di Pulau Jawa.
"Karena teorinya siapa yang menguasai dua provinsi di pulau Jawa (akan menang). Karena pemilih di pulau jawa itu 62 persen. Sehingga yang menguasai dua Provinsi itu akan menguasai (Pilpres)," tuturnya
"Jadi kalau ambil Emil, (dapat suara) Jawa Barat kan. Jawa tengah oke. Clean kan," pungkasnya.