Suara.com - Bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan kabarnya sudah setuju memilih Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk Pilpres 2024. Hal ini bermula dari Anies yang sowan ke kediaman ibunda Cak Imin, Nyai Hj Muhasonah di Jombang pada Kamis (31/8/2023) kemarin untuk meminta doa restu.
Partai Demokrat yang merupakan bagian dari KPP merasa dikhianati oleh Partai NasDem karena keputusan sepihak duet Anies dengan Cak Imin. Bahkan Demokrat memastikan telah menurunkan baliho bergambar Anies dengan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang tersebar di pelbagai penjuru wilayah. Simak gabungan kekuatan Anies dan Cak Imin yang menuai kontroversi berikut ini.
Rekam Jejak Anies Baswedan
Rekam jejak politik Anies Baswedan telah tercatat sejak tahun 2013 ketika terlibat dalam konvensi Partai Demokrat untuk Pilpres 2014. Namun Anies batal maju capres lewat Partai Demokrat karena konvensi dimenangkan oleh Dahlan Iskan.
Baca Juga: Kecewanya Demokrat Usai Kabar Duet Anies-Cak Imin: Surat Dibongkar, Kader Copot Baliho
Kemudian tahun 2014, Anies bergabung dalam Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika diangkat jadi menteri, Anies masih berstatus sebagai rektor di Universitas Paramadina. Hal ini menyebabkan Anies sempat rangkap jabatan hingga masa jabatannya sebagai rektor berakhir.
Sayangnya masa jabatan Anies di Kabinet Kerja tak berlangsung lama karena di-reshuffle oleh Jokowi pada 27 Juli 2016. Tak lama setelah dicopot dari jabatan Mendikbud, Anies menggandeng Sandiaga Uno untuk maju jadi calon Gubernur DKI Jakarta periode 2017 - 2022. Pencalonan Anies-Sandiaga diusung oleh Partai Gerindra dan PKS. Berlangsung panas, Pilgub DKI Jakarta 2017 dimenangkan pasangan Anies-Sandi.
Namun tak lama jadi Gubernur DKI Jakarta, Anies harus melepas wakilnya Sandiaga yang maju dalam pemilu 2019. Sandiaga mencalonkan diri sebagai wapres mendampingi Prabowo Subianto lewat Partai Gerindra.
Sementara itu, Anies melanjutkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta bersama wakil barunya yakni Ahmad Riza Patria. Anies mengakhiri masa jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 16 Oktober 2022 yang kemudian digantikan Heru Budi Hartono.
Setelah 1 dekade sejak pencalonan sebagai capres di Partai Demokrat, Anies akhirnya dicalonkan kembali untuk maju menjadi capres di Pemilu 2024. Anies maju jadi capres dalam Pilpres 2024 dengan dukungan dari Partai NasDem, Partai Demokrat dan PKS yang tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Rekam Jejak Cak Imin
Muhaimin Iskandar alias Cak Imin populer tidak hanya sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saja. Dia juga dikenal sebagai cawapres dari beberapa nama capres yang bakal bertarung di Pilpres 2024.
Pengalaman Cak Imin aktif berorganisasi ketika masa kuliah mengantarkannya langsung jadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKB tahun 1998. Cak Imin pertama kali jadi Ketua Umum PKB pada tahun 2005 hingga 2010. Kemudian pada tahun 2014, dia secara aklamasi terpilih kembali sebagai Ketua Umum karena dianggap berhasil menaikkan suara pemilu 2014 menjadi 9,04 persen.
Karier Cak Imin di DPR dimulai pada tahun 1999 ketika terpilih menjadi Wakil Ketua DPR. Kemudian tahun 2009, Cak Imin diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Cak Imin lalu terpilih kembali menjadi anggota DPR RI untuk keempat kalinya untuk periode 2014-2019. Selain itu Cak Imin juga pernah jadi Wakil Ketua MPR pada 2018-2019. Kekinian Cak Imin menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua DPR Bidang Kesejahteraan Rakyat periode 2019-2024.
Elektablilitas Anies-Cak Imin
Namun ternyata duet Anies Baswedan dengan Cak Imin dinilai problematik. Hal itu karena elektabilitas keduanya yang sama-sama lemah.
"Potensi kemenangan pasangan Anies-Imin agak problematik karena lemahnya elektabilitas Anies kurang terbantu oleh elektabilitas Cak Imin yang belum optimal," ungkap Direktur Eksekutif IndoStrategic Ahmad Khoirul Umam pada Kamis (31/8/2023).
Umam menilai mesin politik yang dimiliki PKB yakni kaum Nadliyin juga tidak akan berjalan optimal jika mendukung Anies sebagai capres.
Sebab menurut dia, PKB sudah membawa nama Prabowo dalam satu tahun belakangan ini. Terlebih para kiai dan sesepuh pun sudah terlanjur mendukung Prabowo.
Hal senada diungkap pakar politik Adi Prayitno yang turut memberi analisa soal duet Anies-Cak Imin. Menurut dia, jika duet itu benar terealisasi hingga pendaftaran ke KPU maka bisa menjadi suatu perjudian politik.
"Kalau membaca data-data survei tentu duet Anies-Muhaimin Iskandar ini merupakan suatu perjudian yang ngeri-ngeri sedap gitu ya," kata Adi pada Kamis (31/8/2023).
Adi mengatakan itu karena elektabilitas Cak Imin tak pernah muncul signifikan versi survei. Namun dia tak menafikan status Cak Imin sebagai pentolan PKB punya kekuatan politik untuk menkonsolidasikan suara elektoral seperti di Jawa Timur.
Merujuk pada berbagai survei, rata -rata elektabilitas Cak Imin ada di kisaran 2,1 persen. Mantan Menteri Tenaga Kerja itu masih kalah dibandingkan dengan Erick Thohir, AHY dan Ridwan Kamil. Walau begitu survei PolMark Research Center (PRC)-PolMark Indonesia menunjukkan elektabilitas Cak Imin sudah melesat.
Dalam survei terbaru mereka, elektabilitas politikus 56 tahun itu mencapai 4,8 persen. Untuk wilayah Jawa Timur, Cak Imin menempati posisi teratas dalam daftar capres pilihan masyarakat dengan angka 11,5 persen, jauh di atas Gubernur Jawa Timur Kofifah Indar Parawansa sebesar 5,8 persen.
Sementara itu, elektabilitas Anies kini berada di urutan paling buncit dibanding Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Berdasarkan hasil survei LSI Agustus 2023, elektabilitas Anies Baswedan sebesar 22,2 persen, jauh di bawah Ganjar Pranowo 37 persen dan Prabowo Subianto 35,3 persen. Namun, Anies enggan mengomentari hasil survei tersebut
Kontributor : Trias Rohmadoni