Suara.com - Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko mengaku akan berkabung jika dirinya dipecat oleh partainya. Sebab, ia menyebut sudah memulai hubungan cinta dengan partai banteng merah itu sejak sekolah dasar (SD). Apabila diberhentikan, ia pun memilih bakal jomlo dulu.
Lebih tepatnya, tidak akan bergabung dengan partai lain terlebih dahulu. Budiman pun mengenang, dirinya sudah ikut kampanye bersama PDIP sejak masih duduk di bangku kelas 6 SD. Maka dari itu, jika dipecat, ia merasa seperti diputuskan kekasih.
"Saya mungkin akan mempertimbangkan jomlo (tidak bergabung dengan partai lain) dulu. Ya ibaratnya orang baru kehilangan pasangan hidup, harus melewati masa berkabung yang lama," kata Budiman kepada wartawan di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, Selasa (22/8/2023).
"Gimana enggak berkabung? Saya ini sudah kampanye PDI sejak 6 SD, (namanya) belum PDI Perjuangan, masih ikon segi lima. Keluarga saya juga keluarga PNI dari dulu," lanjutnya.
Baca Juga: Kasih Pembelaan, PDIP Tegaskan Ganjar Siap Ikut Tantangan Debat BEM UI
Sebagai informasi tambahan, PNI adalah Partai Nasional Indonesia yang didirikan oleh Presiden pertama RI, Soekarno pada tahun 1927. Lalu, pada 1973, partai ini dilebur secara paksa menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) oleh Presiden ke-2, yakni Soeharto.
PDIP sendiri memang sudah memberikan opsi kepada Budiman untuk mengundurkan diri atau dipecat. Hal ini merupakan buntut dari dukungannya kepada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 mendatang.
Lebih lanjut, apabila dipecat dari PDIP, Budiman masih akan tetap berpolitik. Hanya saja, ia memastikan bakal menjomlo dulu hingga beberapa waktu tanpa bergabung dengan partai lain. Ia bahkan berharap bisa mendaftar lagi ke PDIP atau ikut Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Nanti kita lihat, apakah barangkali setelah beberapa tahun kesalahan saya diampuni, saya bisa daftar lagi (ke PDIP). Kalau enggak diterima, ya bisa jadi masuk PSI mungkin salah satunya," beber Budiman.
Budiman juga menyebut Gerindra merupakan salah satu opsi partai yang dijadikan tempat berlabuh selanjutnya. Namun, ia kembali mengingatkan dirinya akan menjomlo dalam waktu yang lama sebelum bergabung dengan partai lain.
Baca Juga: PDIP: Minta Jadi Menteri Kalau Ganjar Jadi Presiden, Budiman Sudjatmiko Ngambek Karena Ditolak
"Ya itu (Partai Gerindra) juga menjadi salah satu opsi. Tapi pastinya itu setelah melewati masa jomlo yang cukup lama," ungkap Budiman.
Adapun sebelumnya, diberitakan bahwa Budiman Sudjatmiko rela dipecat demi mendukung Prabowo Subianto menjadi calon presiden (capres). Apabila partainya menilai tindakan itu keliru, ia pun mengaku siap menerima konsekuensinya.
"Misalnya yang saya katakan yang saya lakukan (mendukung Prabowo) salah keliru, ya dengan berat hati seandainya saya secara administratif dicabut keanggotaan saya, tentu saya sangat sedih," ujar Budiman di Komplek Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/8/2023).
Meski begitu, Budiman mengatakan belum ada surat pemecatan atau surat peringatan dari PDIP atas dukungannya kepada Prabowo. Jika nantinya dipecat, ia pun yakin akan tetap menjadi kader yang nasionalis, sesuai idealis partainya saat ini.
Di sisi lain, aktivis 1998 itu berharap agar PDIP tidak memberikan sanksi berat berupa pemecatan atas dukungannya kepada Prabowo. Sebab, menurutnya, hal tersebut dapat membuka jalan afiliasi strategis PDI-P dengan Partai Gerindra.
"Bisa saja kesimpulannya begitu sehingga saya tidak dinyatakan terlalu bersalah. Sehingga kemudian tindakan saya ya (tetap) salah, tapi sanksinya tidak harus dipecat. Saya sih berharap itu," pinta Budiman.
Sebelumnya, diketahui Budiman Sudjatmiko resmi mendukung Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk maju dalam Pilpres 2024. Ia bahkan mendeklarasikan relawan Prabowo-Budiman atau Prabu di Semarang, pada Jumat (18/8/2023).
Kontributor : Xandra Junia Indriasti