Soal Duet Ganjar-Anies, Surya Paloh Disebut Duluan Mengusulkan, NasDem: Wacana itu Tidak Relevan Lagi Hari Ini

Selasa, 22 Agustus 2023 | 15:56 WIB
Soal Duet Ganjar-Anies, Surya Paloh Disebut Duluan Mengusulkan, NasDem: Wacana itu Tidak Relevan Lagi Hari Ini
Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali saat ditemui di Cipinang, Jakarta Timur, Sabtu (19/8/2023). (Suara.com/Dea)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wacana menduetkan Ganjar Pranowo dengan Anies Baswedan yang disuarakan Ketua DPP PDIP Said Abdullah ditanggapi dingin Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali.

Menurutnya, sebelum wacana tersebut muncul beberapa waktu belakangan, Ketua Umum NasDem Surya Paloh telah terlebih dulu mewacanakan duet itu. Bahkan, wacana tersebut muncul sebelum ada penetapan Anies Baswedan menjadi bakal calon presiden (capres) yang diusung Koalisi Perubahan.

"Wacana itu dulu pernah disampaikan oleh Pak Surya ketika Partai NasDem dan koalisinya belum mengumumkan Anies Baswedan sebagai calon presiden," kata Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali kepada wartawan, Selasa (22/8/2023).

Apalagi saat itu, NasDem memiliki tiga kandidat sebagai bakal capres, di antaranya Ganjar, Anies, dan Andika Perkasa. Belakangan NasDem menetapkan Anies yang mereka usung.

Baca Juga: Ingin Duetkan Ganjar-Anies, PDIP Buka Peluang Komunikasi Dengan NasDem

Kekinian dengan diusungnya Anies, ditambah terbentuknya koalisi antara NasDem, PKS, dan Partai Demokrat yang menjadi wacana Paloh atas duet Ganjar-Anies, tidak lagi relevan.

"Dengan pencapresan mas Anies dan koalisinya, wacana itu menjadi tidak relevan lagi hari ini," kata Ali.

Selain itu, Ali juga memastikan, NasDem tidak akan mengalihkan dukungan dari Anies, dari capres menjadi cawapres.

"Apa alasan Partai NasDem untuk mengalihkan dukungannya dari presiden ke wakil presiden. Di sisi lain partai pengusung Anies itu sudah memenuhi syarat," kata Ali.

Berandai Ganjar-Anies jadi Satu

Baca Juga: Muncul Duet Ganjar-Anies, Pengamat Sebut Bentuk Ketakutan PDIP Terhadap Prabowo Subianto

Sebelumnya diberitakan, PDIP tidak merasa jemawa atas keunggulan Ganjar Pranowo atas Anies Baswedan dalam survei Litbang Kompas pada simulasi dua calon presiden atau head to head.

Untuk diketahui, elektabilitas Ganjar per Agustus 2023 mencapai 60,1 persen dan Anies 39,9 persen. Sementara secara head to head dengan Prabowo, elektabilitas Ganjar kalah tipis.

Ganjar hanya memeroleh 47,1 persen, sedangkan Prabowo 52,9 persen. Prabowo tercatat juga unggul dalam head to head dengan Anies, yakni masing-masing 65,2 persen dan 34,8 persen.n

"Walaupun unggul dengan Mas Anies, kami tidak merasa jemawa. Apalagi jika Ganjar harus head to head dengan Pak Prabowo masih kalah tipis. Tentu ini akan menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki strategi pemenangan buat Ganjar Pranowo," kata Ketua DPP PDIP Said Abdullah kepada wartawan, Senin (21/8/2023).

Said menekankan, Anies bukan merupakan kompetitor yang patut diremehkan. Baik Ganjar dan Anies, Said mengemukakan, keduanya merupakan sosok cerdas.

Apalagi keduanya berasal dari almamater yang sama, yakni Universitas Gajah Mada (UGM). Said justru mengandaikan Ganjar dan Anies bisa menjadi satu kekuatan.

"Apalagi jika keduanya bisa bergabung menjadi satu kekuatan, tentu akan makin bagus buat masa depan kepemimpinan nasional kita ke depan, sama-sama masih muda, cerdas, dan energik," kata Said.

Sementara terkait perolehan elektabilitas Ganjar, Said mengaku bersyukur, lantaran mengalami kenaikan.

Ia memandang kenaikan elektabilitas itu tidak terlepas dari upaya PDIP, relawam dam Ganjar sendiri dalam menggalang dukungan rakyat.

"Tugas kami semua, termasuk PPP, Perindo dan Hanura solid bergerak semakin menaikkan elektabilitas Ganjar Pranowo. Kami akan terus bekerja keras mengambil hati rakyat, mengajak kompetisi sehat dengan beradu rekam jejak, dan gagasan, bukan hanya gimmick," ujarnya.

Survei Litbang Kompas tersebut dilakukan pada 27 Juli 2023 hingga 7 Agustus 2023 dengan melibatkan 1.364 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia.

Metode ini menghasilkan tingkat kepercayaan hingga 95 persen, margin of error penelitian kurang lebih 2,65 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI