Suara.com - Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, mengungkapkan bahwa dalam pandangan PDIP, pemilihan umum (pemilu) bukan semata-mata tentang mendapatkan kekuasaan, melainkan merupakan upaya untuk melayani dan menggerakkan kekuatan rakyat.
Hasto menyampaikan pandangan tersebut ketika memberikan pidato pada peringatan HUT Ke-78 Republik Indonesia di Sekolah Partai DPP PDIP, Jakarta, pada hari Kamis (17/8/2023).
"Kami memiliki tanggung jawab untuk memenangkan pemilu bukan semata-mata untuk berkuasa, tetapi untuk melayani rakyat, dan untuk menjadikan PDIP sebagai alat untuk membangkitkan semangat pergerakan kekuatan rakyat Indonesia menuju ke arah yang lebih maju," ujarnya, dikutip dari Antara.
Hasto menegaskan bahwa jika pemilu diartikan sebagai pertarungan semata untuk merebut kekuasaan, maka akan mendorong ambisi yang menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan tersebut.
Baca Juga: Gibran Tak Diundang Konsolidasi PDIP di Semarang, FX Rudy: Ora Ngerti Aku
"Oleh karena itu, kita harus mengerti bahwa kekuasaan diperoleh melalui kepercayaan rakyat. Kekuasaan diperoleh bukan dengan pengepungan, melainkan dengan turun ke lapangan, berbaur dengan segala aspek kehidupan rakyat itu sendiri," tambahnya.
Ia menambahkan, PDIP tidak memandang pemilu sebagai bentuk perang. Menurutnya, pemilu merupakan kesempatan bagi para pemimpin untuk diuji dalam kemampuan kepemimpinannya oleh rakyat.
"Dengan demikian, pemilu adalah cermin yang mencerminkan perkembangan peradaban kita sebagai negara demokratis," sambung Hasto.
Lebih lanjut, Hasto menyebutkan pidato Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2023 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, pada Rabu (16/8).
Menurut Hasto, Jokowi menyayangkan adanya kehilangan budaya sopan santun dengan maraknya perilaku saling menyerang dan menyebarkan fitnah, yang menurutnya merupakan tanda kekhawatiran akan terjadinya polusi budaya.
Baca Juga: Puan Anggap Bergabungnya Golkar Ke Gerindra Belum Final: Baru Menuju Pelaminan
Hasto berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah karakteristik bangsa Indonesia. Oleh karena itu, ia mendorong agar Pemilu 2024 mencerminkan jati diri sejati bangsa ini.
"Ini bukanlah watak asli bangsa Indonesia, saling menghujat satu sama lain. Pemilu harus menjadi cermin kepribadian yang matang dari bangsa Indonesia untuk bersaing dengan mengemukakan gagasan terbaik bagi masa depan bangsa dan negara," tandasnya.
Dia juga menyatakan bahwa PDIP ingin menjadikan pemilu sebagai wadah untuk menghasilkan pemimpin yang memiliki kedekatan dengan rakyat, visi yang luas, dan kemampuan teknokrat.