Suara.com - Dua perempuan kader Nahdlatul Ulama (NU) kini digadang-gadang menduduki posisi bakal calon wakil presiden atau bacawapres pada Pilpres 2024 mendatang.
Kedua kandidat cawapres itu adalah Khofifah Indar Parawansa dan Yenny Wahid. Meski sama-sama lahir dari rahim NU, Yenny dan Khofifah kini berada di dua kubu berbeda.
Yenny Wahid dilirik oleh kubu Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies Baswedan sebagai capresnya.
Sementara Khofifah Indar Parawansa, yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, dilirik oleh koalisi PDI Perjuangan, PPP dan Perindo yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai capresnya.
Baca Juga: Gubernur Jatim Optimistis Javeast Coffee Sejajar dengan Brand Kopi Dunia
Lantas bagaimana rekam jejak kedua srikandi NU itu? Simak ulasannya berikut ini.
Rekam jejak Khofifah Indar Parawansa
Khofifah lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 19 Mei 1965. Kini ia menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur periode 2018-2023. Ia merupakan kader dan aktivis perempuan dari ormas Islam terbesar di Indonesia, yakni NU.
Karier politiknya dimulai dalam usia yang sangat muda, yakni 27 tahun, ketika ia menjadi anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1992 hingga 1997.
Ia kembali terpilih jadi anggota DPR RI pada Pemilu 1997, namun hanya menduduki jabatan itu selama dua tahun karena bergulirnya reformasi pada 1998.
Tak mau berhenti berpolitik, Khofifah kembali maju sebagai caleg pada 1999, tetapi dari gerbong yang berbeda, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang digagas oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Di partai itu karier politiknya melesat. Ketika Gus Dur terpilih menjadi presiden pada Pemilu 1999, ia ditunjuk menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan.
Namun ia memegang poisi itu hanya sampai 2001, seiring dengan jatuhnya Presiden Abdurrahman Wahid. Saat Megawati Soekarnoputri menjadi presiden menggantikan Gus Dur, nama Khofifah tak masuk dalam jajaran menteri.
Ia pun kembali aktif di kegiatan sosial kemasyaralatan, salah satunya di Muslimat NU yang ia pimpin dari 2000-2005. Pada 2013, Khofifah kembali berpolitik dengan mencalonkan diri di Pilgub Jawa Timur, namun harus menerima kekalahan.
Pada Pilpres 2014, ia ditunjuk menjadi salah satu juru bicara pasangan Jokowi-JK. Dan ketika pasangan itu menang Pilpres, Khofifah ditunjuk menjadi Menteri Sosial.
Namun pada 2018 ia mengundurkan diri karena ingin kembali bertarung di Pilgub Jawa Timur dan akhirnya menang.
Rekam jejak Yenny Wahid
Yenny Wahid merupakan putri ke-2 Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Pemilik nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh itu lahir di Jombang, 29 Oktober 1974.
Sebelum terjun ke politik, Yenny pernah menekuni profesi sebagai jurnalis pada 1997-1999. Sosoknya juga pernah ditugaskan ke Timor-Timur hingga Australia.
Ketika Gus Dus mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pasca reformasi, Yenny Wahid turut bergabung di sana dan meninggalkan profesi wartawannya.
Ia sempat menjadi Sekretaris Jenderal PKB periode 2005-2010, namun akhirnya dipecat pada 2008 oleh Muhaimin Iskandar yang menjabat sebagai Ketum PKB.
Setelah itu, ia mendirikan partai politik dengan nama Partai Kedaulatan Bangsa (PKB) dan menjadi ketua umumnya.
Pada 2012, partainya melebur dengan Partai Indonesia Baru (PIB) pimpinan Kartini Sjahrir dan menjadi Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB), Yenny kembali duduk di jabatan ketua Umum.
Karier politiknya melaju namun tak melesat. Pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ia pernah dipercaya untuk menjadi Staf Khusus Bidang Komunikasi Politik
Selain itu, Yenny juga aktif di lembaga Wahid Instute yang peduli dengan isu-isu seputar kebangsaaan dan toleransi.
Kontributor : Damayanti Kahyangan