Suara.com - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah mengkritik bakal calon presiden (capres) dari Partai Nasdem, Anies Baswedan. Anies disebutnya terlalu cepat menggalang anasir-anasir pertengkaran di publik.
Pasalnya Anies dianggap tak kedepankan politik gagasan, justru malah mengedepankan politik perasaan.
Hal itu disampaikan Fahri Hamzah menanggapi hasil riset digital Gelora Petamaya yang memotret gagasan tiga bakal calon presiden (bacapres) dalam acara Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Indonesia (APEKSI) yang telah berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan pada 12-14 Juli 2023 lalu.
"Penggalangan anasir-anasir itu, membuat pertengkaran semakin meruncing secara tidak rasional. Sebab, setiap pertengkaran tidak rasional itu, biasanya gagasan tidak dianggap penting, tapi perasaan yang dianggap lebih penting," kata Fahri Hamzah kepada wartawan, Senin (24/7/2023).
Baca Juga: Ungkit soal Budiman Sudjatmiko, Fahri Hamzah: Konsolidasi Besar-besaran Dukung Prabowo Telah Dimulai
Fahri menilai, jika masih ada bacapres yang masih mengandalkan politik perasaan, maka Indonesia tidak akan pernah mendapatkan pemimpin yang baik.
"Ini waktunya move on, kita rekonsiliasi dan kita bangun kekuatan tengah. Membangun kekuatan tengah itu, punya mimpi baru untuk Indonesia, yakni menjadikan Indonesia sebagai super power baru dunia," tuturnya.
Menurutnya, dengan rekonsiliasi dan politik jalan tengah ini, maka membuat Indonesia kuat di masa yang akan datang, karena semuanya bersatu membangun Indonesia.
"Kami setuju dengan gagasannya. Apabila gagasan itu diteruskan, Partai Gelora siap menyuarakan bahwa Indonesia masih memerlukan negosiasi, karena krisis belum selesai. Kalau nggak bersatu berbahaya sekali, apalagi dijadikan dasar untuk bertengkar," ujarnya.
Lebih lanjut, Fahri justru mengklaim, dari ketiga bacapres kekinian, yang paling berpeluang menjadi tokoh jalan tengah adalah Prabowo Subianto, bukan Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan.
Baca Juga: Penerawangan Fahri Hamzah Soal Kedekatan Jokowi-Prabowo: Hubungan Batin Mereka Kuat Sekali
Apalagi, kata dia, sekarang Prabowo sudah menjadi bagian dari pemerintahan Kabinet Indonesia Maju yang mengedepankan rekonsiliasi nasional. Sehingga tinggal melanjutkan upaya rekonsiliasi yang telah dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Pak Prabowo itu sebenarnya berjuangnya sudah lama, anda tahu waktu kita masih di lapangan dulu. Pak Prabowo itu sudah kita dengar berbeda pendapat dengan Orde Baru. Menurut saya, pidatonya dari dulu dia, itu kan luar biasa. Dia ingin semua partai itu instrumennya demokrasi. Begitu dia pensiun dia buat partai dan begitu setia dia di jalan partai politik, serta sempat menjadi oposisi," imbuh dia.