Pengamat Ini Sebut Gadget Jadi Kata Kunci Menargetkan Gen Milenial dan Gen Z untuk Pemilu

Chandra Iswinarno Suara.Com
Sabtu, 22 Juli 2023 | 05:00 WIB
Pengamat Ini Sebut Gadget Jadi Kata Kunci Menargetkan Gen Milenial dan Gen Z untuk Pemilu
Ilustrasi pemilu (kab-bekasi.kpu.go.id)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Selain itu, pengguna internet sangat tinggi. Internet membuat semua partai punya peluang yang sama," ucapnya.

Namun, ia menguraikan sejumlah tantangan yang harus dihadapi partai baru untuk bisa mencapai ambang batas parlemen minimal 4 persen.

Djayadi mengungkapkan, yang pertama, walau dapat menjadi keuntungan, identitas partai yang rendah dapat menjadi tantangan yang harus dihadapi partai baru. Kedua, volatilitas parpol tinggi di tingkat provinsi, namun cenderung rendah di tingkat nasional.

Ketiga, minat pemilih untuk mendukung partai baru cenderung turun. Performa partai baru paling tinggi terjadi pada tahun 2004.

"Total suara partai baru di 2004 itu sekitar 21,3 persen, hanya kalah dari Golkar yang memperoleh 22 persen lebih. Jumlah itu turun jadi 7,2 persen di 2009 dan seterusnya," ujar Djayadi.

Keempat, jumlah partai yang masuk di parlemen dalam beberapa kali pemilu cenderung stabil.

"Usia rata-rata partai di atas 15 tahun. Hanya dua partai yang usianya 10 tahun lebih. Artinya, partai-partai di DPR akan bertahan. Ini mempersulit partai baru untuk masuk,” ucapnya.

Kemudian, parpol baru belum dikenal luas di publik. Jayadi mengemukakan, partai baru hanya punya popularitas sekitar 60 persen untuk menopangnya masuk parlemen.

"Upaya sosialisasi partai menjadi kunci. Masalahnya adalah waktu tinggal kurang dari tujuh bulan," kata dia.

Baca Juga: Hampir Separuh dari Jumlah DPT, Milenial dan Gen Z Dominasi Daftar Pemilih DIY di Pemilu 2024

Terakhir, semua partai politik memiliki kecenderungan yang seragam soal kebijakan ekonomi, politik, dan sosial.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI