Swing Voter di Pemilu 2024 Tinggi, LSI: 85 Persen Pemilih Mudah Pindah ke Lain Partai

Chandra Iswinarno Suara.Com
Sabtu, 22 Juli 2023 | 01:00 WIB
Swing Voter di Pemilu 2024 Tinggi, LSI: 85 Persen Pemilih Mudah Pindah ke Lain Partai
Ilustrasi pemilu (Tumisu from Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Swing voter atau pemilih rasional yang dapat berubah pilihan sesuai dengan ide atau gagasan tertentu diperkirakan bakal tinggi pada Pemilu 2024 mendatang.

Bahkan menurut, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan, 85 persen pemilih Indonesia mudah pindah ke partai politik (parpol) lain karena identitas partai atau "party ID" di Indonesia sangat kecil.

"'Party ID' di Indonesia sangat kecil. Artinya, secara teori, 85 persen pemilih Indonesia mudah pindah ke lain parpol,” ujar Djayadi dalam webinar nasional bertema "Tantangan dan Peluang Parpol Baru pada Pemilu 2024" seperti dikutip Antara pada Jumat (21/7/2023).

Ia mengemukakan, jika hanya menggunakan satu indikator tersebut maka swing voter menjadi sangat tinggi.

Baca Juga: Nama Erick Thohir Kian Berkibar Jadi Cawapres Pilihan Versi Survei LSI

"Selain itu, pengguna internet sangat tinggi. Internet membuat semua partai punya peluang yang sama," ucapnya.

Namun, ia menguraikan sejumlah tantangan yang harus dihadapi partai baru untuk bisa mencapai ambang batas parlemen minimal 4 persen.

Jayadi mengungkapkan, yang pertama, walau dapat menjadi keuntungan, identitas partai yang rendah dapat menjadi tantangan yang harus dihadapi partai baru. Kedua, volatilitas parpol tinggi di tingkat provinsi, namun cenderung rendah di tingkat nasional.

Ketiga, minat pemilih untuk mendukung partai baru cenderung turun. Performa partai baru paling tinggi terjadi pada tahun 2004.

"Total suara partai baru di 2004 itu sekitar 21,3 persen, hanya kalah dari Golkar yang memperoleh 22 persen lebih. Jumlah itu turun jadi 7,2 persen di 2009 dan seterusnya," ujar Djayadi.

Baca Juga: Hasil Survei LSI Simulasi 3 Pasangan Pilpres: Duet Ganjar-Erick Kalahkan Prabowo dan Anies

Keempat, jumlah partai yang masuk di parlemen dalam beberapa kali pemilu cenderung stabil.

"Usia rata-rata partai di atas 15 tahun. Hanya dua partai yang usianya 10 tahun lebih. Artinya, partai-partai di DPR akan bertahan. Ini mempersulit partai baru untuk masuk,” ucapnya.

Kemudian, parpol baru belum dikenal luas di publik. Jayadi mengemukakan, partai baru hanya punya popularitas sekitar 60 persen untuk menopangnya masuk parlemen.

"Upaya sosialisasi partai menjadi kunci. Masalahnya adalah waktu tinggal kurang dari tujuh bulan," kata dia.

Terakhir, semua partai politik memiliki kecenderungan yang seragam soal kebijakan ekonomi, politik, dan sosial.

Kondisi tersebut tentunya membuat parpol belum mampu saling membedakan diri dalam persoalan tersebut.

"Itulah yang menyebabkan pilihan terhadap partai menjadi stabil," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI