Kerap Gagal di Pemilu Sebelumnya, Hasto Bakar Semangat Kader 'Banteng' di Sumbar untuk Bangun Kekuatan

Selasa, 04 Juli 2023 | 18:45 WIB
Kerap Gagal di Pemilu Sebelumnya, Hasto Bakar Semangat Kader 'Banteng' di Sumbar untuk Bangun Kekuatan
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di acara pembukaan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) PDIP Sumbar yang dilaksanakan di Kota Padang, pada Selasa (4/7/2023). (Dok. DPP PDIP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, menyemangati kader partainya di Sumatera Barat (Sumbar) agar bisa menang di Pemilu 2024 mendatang dan mengubah peta politik di tanah Minang.

Ia meminta para kader Banteng di Sumbar untuk menerapkan prinsip the power of belief (keyakinan), dan the power of idea (gagasan) serta penggalangan akar rumput.

Hal itu disampaikan Hasto dalam pidatonya di acara pembukaan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) PDIP Sumbar yang dilaksanakan di Kota Padang, pada Selasa (4/7/2023).

Hasto mengatakan, menghadapi Pemilu 2024, sesuai pesan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, seluruh kader PDIP berada dalam satu rampak barisan. Jika itu dilakukan, kata dia, maka kader PDIP Sumbar akan bisa mengubah peta politik di Sumbar.

"PDIP setiap tahun menggali pemikiran Bung Hatta, KH Agus Salim, Prof Moh Yamin dan lain-lain yang dikenal sebagai pejuang pemikir dan pahlawan kemerdekaan. Partai terus melakukan gerakan turun ke bawah mengangkat peran penting tokoh cendekiawan, tokoh adat dan tokoh agama dalam satu kesatuan kemajuan. PDIP juga punya konsepsi membangun Sumbar sebagai pusat kemajuan di Samudera Hindia. Karena itulah PDIP terus bergerak untuk merubah peta politik Sumbar,” kata Hasto dalam keterangannya.

"Apa syaratnya? Pertama keyakinan politik, the power of belief," sambungnya.

Hasto lantas menceritakan kisah Megawati kala kantor PDI diserang pada 27 Juli 1996 oleh kekuatan rezim Orde Baru. Kala itu banyak yang membisikinya untuk menggelar gerakan massa, bukan menempuh jalur hukum sebagai jalur perjuangan. Alasannya, para hakim, jaksa, dan polisi saat itu dikuasai oleh rezim Orba.

"Bu Mega menolak dengan menjawab, masa diantara 267 kabupaten/kota saat itu, tak satupun polisi, jaksa hakim yang memiliki hati nurani? Akhirnya jalur hukum dikedepankan. Dan sekali kita memenangkan gugatan kita, akan menjadi kekuatan moral kita yang mampu menghantam benteng rezim otoriter. Akhirnya dengan modal keyakinan politik itu, gugatan di Riau dimenangkan dan jadi benteng rakyat yang membuka mata hati elite saat itu," tuturnya.

"Inilah yang saya maksud kekuatan keyakinan, the power of mind, the power of belief. Kalau kita punya kekuatan itu dipadukan gerakan turun ke bawah, maka kita bisa menangkan Sumbar," sambungnya.

Baca Juga: Soal Pantun Sekjen PDI P, 'RK Bacawapres Ganjar Pranowo', Pengamat: Hanya Apresiasi, Biasa Saja

Kemudian ia menceritakan soal bagaimana Belanda yang maju sebagai sebuah negara superpower dunia di masanya, berhasil dikalahkan oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan para pendiri bangsa yang memerdekakan Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI