Suara.com - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) digadang-gadang sebagai cawapres Anies Baswedan. Bahkan Waketum Demokrat Benny K Harman menyatakan bahwa potensi AHY mendampingi Anies sekitar 80 persen.
Anies sendiri sempat mengatakan bahwa dia sudah mengantongi nama bakal cawapresnya. Hanya saja dia menunggu hari baik untuk mengumumkannya. Simak perjalanan karier politik AHY yang makin santer disebut jadi cawapres Anies berikut ini.
Keluar dari TNI
AHY berkarier sebagai militer profesional di TNI selama 16 tahun sebelum akhirnya terjun ke dunia politik. Sosoknya tercatat menjadi lulusan terbaik dari Akademi Militer pada 2000. Bahkan, AHY sukses mendapat penghargaan Presiden RI Bintang Adi Makayasa.
Ketika berdinas di TNI AD, AHY mengemban tugas operasi pemulihan keamanan di Aceh tahun 2002. Dia juga turut serta dalam operasi perdamaian PBB di Libanon tahun 2006. AHY tercatat aktif berkontribusi pada transformasi dan modernisasi dalam tubuh TNI.
Dia juga menjadi salah satu pendiri Universitas Pertahanan Indonesia. Bahkan pada tahun 2015, AHY memimpin salah satu satuan pengamanan Ibu Kota, sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kamuning, dibawah Brigif 1/PIK, Kodam Jaya. Namun pada tahun 2016, AHY memilih mundur dari TNI.
Maju jadi Cagub DKI
Keputusan AHY mundur dari TNI dilakukan sebagai langkah dari tindak lanjut pengusungan namanya sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Di tahun 2016 itu, AHY didaulat oleh Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) untuk jadi calon Gubernur DKI Jakarta.
Sejak itu AHY aktif berpolitik di Partai Demokrat dan diberi tugas sebagai Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) untuk pemenangan Pileg 2019 dengan target 5-10 persen. AHY yang berhasil memenuhi target, kemudian diberi tugas baru sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat.
Baca Juga: CEK FAKTA: Bukan AHY, Anies Baswedan Deklarasi Cawapres, Demokrat Tak Terima
Jadi Ketum Demokrat
Karier AHY di dunia politik dimulai ketika jadi calon Gubernur DKI Jakarta di Pilgub 2017. Dia diusung oleh koalisi 4 partai politik yakni Partai Demokrat, PKB, PPP dan PAN untuk berpasangan dengan Sylviana Murni.
Pasangan Agus-Sylvi menantang pasangan cagub Basuki Tjahja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi). AHY sebagai pendatang baru jadi sorotan media mulai dari isu terkait kemampuannya dalam berpolitik hingga gaya kampanye kekinian yang diusungnya.
Dengan menggunakan istilah bergerilya, AHY mengunjungi masyarakat di sejumlah wilayah di Jakarta dengan setelan pakaian khas tacticool-nya. Pada awalnya, elektabilitas AHY berada di posisi paling rendah, namu kemudian sempat meningkat tajam bahkan mengungguli dua kompetitornya yakni Ahok dan Anies.
Dalam kampanyenya, AHY berkomitmen untuk tidak mengeksploitasi politik identitas untuk mencapai kemenangannya. Sayang, pasangan AHY-Sylvi terhenti di putaran pertama sehingga mimpi AHY jadi Gubenur DKI Jakarta tak tercapai.
Walau begitu, AHY terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum Partai Demokrat 2020-2025 menggantikan sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Rumor Cawapres Anies
Nama AHY masuk bursa cawapres Anies Baswedan untuk Pilpres 2024 mendatang. Diketahui Anies diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri dari Partai NasDem, PKS dan Partai Demokrat untuk jadi capres.
Selain AHY, Partai Demokrat juga menyodorkan beberapa nama untuk jadi cawapres Anies. Mereka adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Ketua Badan Pengembangan Inovasi Strategis PBNU Yenny Wahid, Mantan Panglima TNI Andika Perkasa dan Wakil Ketua Dewan Syuro PKS Ahmad Heryawan (Aher).
AHY sendiri sempat mengingatkan agar Anies segera mengumumkan calon wakil presiden atau cawapres pada Juni ini. Menurut AHY, dia sudah memberikan tenggat waktu untuk Anies menentukan cawapres pada bulan tersebut.
Meski demikian, AHY mengatakan bahwa pihaknya tidak akan memberikan sanksi atau pencabutan dukungan terhadap Anies jika target itu akhirnya tidak terpenuhi.
Alasannya, AHY enggan fokus pada pemberian sanksi jika target tidak terpenuhi, tetapi lebih ingin fokus pada penentuan langkah selanjutnya jika target belum tercapai.
Partai Demokrat juga menegaskan pihaknya tidak memaksa agar AHY dipilih sebagai bakal cawapres Anies. Demokrat beralasan agar mereka bisa memperhitungkan waktu supaya capres dan cawapres yang diusung punya kesempatan lebih banyak memaparkan progam ke masyarakat.
Kontributor : Trias Rohmadoni