Suara.com - Presiden Jokowi mengaku melakukan cawe-cawe dalam politik. Presiden menegaskan ia melakukan hal tersebut demi kepentingan negara agar pembangunan tetap berlanjut, meski ada transisi kepemimpinan.
Isu cawe-cawe itu mencuat setelah Jokowi mengumpulkan 6 ketua umum partai politik di Istana Negara untuk membahas politik. Simak penjelasan tentang aksi cawe-cawe Jokowi berikut ini.
1. Cawe-Cawe dalam Arti Positif
Jokowi mengklaim aksi cawe-cawe dalam politik yang dilakukannya itu dalam artian positif. Orang nomor satu di Indonesia ini mengaku tak ingin penerusnya di kursi kepresidenan nanti malah menghentikan berbagai upaya pembangunan yang sudah berjalan.
"Cawe-cawe untuk negara, untuk kepentingan nasional. Saya memilih cawe-cawe dalam arti positif, masa tidak boleh?" tanya Jokowi saat menjamu sejumlah pemimpin redaksi media massa di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin (29/5/2023).
Baca Juga: Jokowi Kemungkinan Pindah Hati ke Prabowo, Gegara Ganjar Nurut Megawati?
"Masa (saya) tidak boleh berpolitik? Tidak ada konstitusi yang dilanggar. Untuk negara ini, saya bisa cawe-cawe," tegas Jokowi.
2. Kebersamaan Jokowi dengan Ganjar
Hingga saat ini ada 3 tokoh politik yang diusung sebagai bakal capres 2024 yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Dalam manuver politiknya, Jokowi sempat memuji sosok bakal calon presiden (capres) PDIP Ganjar Pranowo.
Jokowi menyebut Gubernur Jawa Tengah itu adalah sosok yang dekat dengan rakyat. Hal itu disampaikan Jokowi setelah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengumumkan Ganjar sebagai bakal capres Pemilu 2024.
"Pak Ganjar adalah pemimpin yang dekat dengan rakyat, selalu turun ke bawah dan sangat ideologis," ujar Jokowi di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat pada Jumat (21/4/2023) lalu.
Setelah momen deklarasi itu, Jokowi pulang bersama Ganjar menuju Solo menggunakan pesawat kepresidenan atau pesawat RI 1. Jokowi duduk berhadapan dengan Ganjar yang terlihat tersenyum.
Baca Juga: Denny Indrayana Tanggapi Tudingan Mahfud MD soal Bocorkan Rahasia Negara: Tidak Ada!
3. Kedekatan Jokowi dengan Prabowo
Di sisi lain, Jokowi kerap mengajak Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam kunjungan kerjanya jelang Pilpres 2024.
Diketahui Prabowo yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan diusung oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai bakal calon presiden 2024. Kedua partai tersebuut membentuk Koalisi Kebangkitan untuk Indonesia Raya (KKIR).
Pertemuan Prabowo dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming yang juga anak sulung Presiden Jokowi pada pekan lalu pun tak bisa dianggap sekadar perjumpaan biasa dan tidak mempunyai dampak politis. Apalagi Gibran dan sang ayah merupakan kader PDIP.
Setelah pertemuan itu, DPP PDIP bahkan memanggil Gibran ke Jakarta. Hal itu seakan menguatkan kesan bahwa pertemuan Gibran dengan Prabowo tak bisa dianggap remeh apalagi terjadi jelang Pilpres 2024.
Pertemuan Prabowo dengan Gibran atau anggota keluarga lain Jokowi bukan kali itu saja terjadi. Sebut saja pada Januari 2023 lalu ketika Prabowo bertemu dan berdialog dengan Gibran dan menantu Jokowi yang juga Wali Kota Medan, Bobbi Nasution.
Pertanda lainnya yang patut disimak adalah ketika anak bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep mengenakan kaus bergambar Prabowo Subianto saat mengisi podcast YouTube. Sederet hal itu seakan jadi sinyal pilihan Jokowi pada Pilpres 2024 mendatang.
4. Jokowi Tak Anggap Anies Baswedan?
Sementara itu mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diusung sebagai bakal capres oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang beranggotakan Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Namun Jokowi disebut sudah tak menganggap Partai NasDem punya peran penting karena mendukung Anies Bawesdan sebagai bacapres di Pilpres 2024.
Sebelumnya Jokowi membenarkan bahwa Partai NasDem tidak diundang dalam pertemuannya dengan 6 ketua umum (ketum) parpol di Istana Merdeka pada Selasa (2/5/2023) lalu.
Menurut Jokowi, Nasdem sudah memiliki koalisi sendiri sehingga tak termasuk dalam gabungan parpol yang berkumpul dengannya. Sikap Jokowi itu seakan sinyal untuk mengendalikan Pilpres 2024 mendatang.
"Ya memang nggak diundang. NasDem kan sudah memiliki koalisi sendiri. Dan ini gabungan partai yang kemarin berkumpul itu kan juga ingin membangun kerjasama politik yang lain," jelas Jokowi di Sarinah, Jakarta, Kamis (4/5/2023).
Kontributor : Trias Rohmadoni