Suara.com - Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio memandang ada kepanikan yang terjadi di diri Presiden Jokowi sata ini. Kepanikan itu tampak dari penguasa yang terkesan campur tangan dalam menyiapkan presiden berikutnya.
Hendri menyoroti sejumlah kegiatan Jokowi yang dianggap melakukan endorse kepada sejumlah figur capres. Tetapi belakangan setelah Ketua Umum PDIP Megawati Soekatnoputri menetapkam Ganjar Pranowo sebagai capres, Jokowi tidak lagi terlihat melakukan endorse.
Berbeda ketika PDIP belum resmi mengusung Ganjar. Jokowi dianggap kebablasan dalam melakukan endorse kepada figur manapun.
"Tapi begitu Ibu Mega menetapkan pilihan otomatis endorse-nya gak laku tuh, mau endorse gimana lagi orang ternyata sudah dibuktikan, pemegang tiket lah yang menentukan," kata Hendri dalam diskusi KedaiKOPI di Jakarta Pusat, Rabu (3/5/2023).
Hendri mengaku menapresiasi sikap Megawati sebagau Ketum PDIP yang dipandang tetap konsisten menjaga demokrasi. Terbukti, setelah resmi mengusung Ganjar, semua isu berkaitan dengan penundaan Pemilu dan tiga periode berhenti mendadak.
Konsistensi Megawati dalam menjaga demokrasi itu bukan hanya terjadi saat ini.
Menurut Hendri, konsistensi itu sudah ditunjukkan Megawati sejak lama, bahkan diterapkan juga ketika menjabat sebagai Presiden ke-5 RI.
"Dulu waktu 2004, bila Ibu Mega ingin menggunakan kekuasaan untuk merusak demokrasi bisa tuh dan otomatis presiden lagi tuh Bu Mega. Tapi kan Ibu Mega lurus tuh mempersilakan demokrasi berjalan di depannya dan akhirnya risikonya adalah Pak SBY yang menang," kata Hendri.
Tetapi amat disayangkan, kiprah Megawati yang konsisten menjaga demokrasi itu tidak bisa diikuti oleh Jokowi ketika menjadi presiden.
Baca Juga: Pro Kontra Jokowi Temui 6 Ketum Parpol di Istana, Kental Politik Praktis?
"Karena Pak Jokowi tampaknya takut betul, saya heran juga ya. Gini, yang pertama, kenapa begitu panik terlihat untuk menentukan siapa pemimpin selanjutnya?" kata Hendri.
Hendri mengatakan Jokowi panik, lantaran Anie Baswedan yang dijagokan menjadi capres juga masig menempati urutan ketiga di mayoritas hasil lembaga survei.
Bahkan bentuk kepanikan juga terlihat daei cara Jokowi mengundang enam ketua umum partai di Istana, Selasa malam. Di mana dalam pertemuan itu, NasDem tidak diundang.
"Nah kalau kemudian memang konsisten di peringkat ketiga kan. Kenapa kemudian terlihat betul kepanikan itu terjadi. Saya harus menggunakan bahasa panik ya sampai kemudian pertemuan tadi malam itu juga kepanikan," ujarnya.