'Konsekuensi Jadi Musuh dalam Selimut' Lagi-lagi NasDem Tak Diajak Kumpul Bareng Koalisi Pro Jokowi

Rabu, 03 Mei 2023 | 14:14 WIB
'Konsekuensi Jadi Musuh dalam Selimut' Lagi-lagi NasDem Tak Diajak Kumpul Bareng Koalisi Pro Jokowi
Lagi-lagi NasDem Tak Diajak Kumpul Koalisi Pro Jokowi: 'Konsekuensi Jadi Musuh dalam Selimut' [Suara.com/Bagaskara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Partai NasDem tak diundang dalam pertemuan ketua umum partai politik pro pemerintahan Jokowi Selasa (2/5/2023) malam.

Momen ini bukan pertama kali terjadi, NasDem juga pernah tak diundang dalam pertemuan para ketua umum parpol pro Jokowi beberapa waktu lalu.

Loyalis Ganjar Pranowo, Jhon Sitorus menyoroti momen NasDem yang kembali tak dianggap oleh Jokowi dalam jajaran koalisi pro pemerintahan.

"Kasihan betul Partai NasDem, ada tapi enggak dianggap. Itulah konsekuensi musuh dalam selimut," kata Jhon.

Baca Juga: 'Erick Thohir Effect' Dinilai Bisa Jadi Faktor Penentu Kemenangan di Pilpres, Ini Alasannya

Momen NasDem diacuhkan Jokowi mulai terjadi setelah NasDem mengumumkan mendukung Anies Baswedan sebagai capres yang diusung di Pilpres 2024.

Beragam spekulasi bermunculan setelah aksi berani NasDem tersebut, termasuk isu reshuffle menteri NasDem di kabinet kerja Jokowi.

Namun, reshuffle yang digembar-gemborkan banyak orang tak dilakukan Jokowi. Eks Gubernur DKI jakarta itu memiliki cara tersendiri untuk menanggapi NasDem.

"Jalan catur Jokowi kembali menyiksa sang lawan. Tidak mereshuffle NasDem, tetapi juga tidak menganggap Surya Paloh," ungkapnya.

Ia menilai Jokowi orang yang sederhana namun memiliki rangkaian strategi mematikan yang dapat melumpuhkan lawannya.

Baca Juga: Misteri Surya Paloh Tak Diundang Jokowi di Pertemuan dengan 6 Ketum Parpol

"Jangan ajari Jokowi main catur, strateginya sederhana tapi bikin lumpuh," ucap Jhon.

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI