Suara.com - Partai Gerindra telah mengusung ketua umumnya, yakni Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (bacapres) 2024. Diketahui bahwa namanya ini bukan pertama kali masuk dalam jajaran calon pemimpin negeri. Sebab sebelumnya, ia sudah dua kali maju pada kompetisi politik tersebut.
Jika membahas Prabowo Subianto, informasi soal profilnya selalu menjadi topik pilihan. Pasalnya, ada hal-hal menarik yang seringkali disorot. Mulai dari trah-nya yang ningrat, sosok sang kakek dan ayahnya sebagai orang-orang penting di Indonesia, serta rekam jejak kariernya.
Trah Ningrat di Darah Prabowo
Dikutip dari Cover Story Sang Pemersatu Bangsa yang dirilis Tim Media Fraksi Gerindra, dalam tubuh Prabowo Subianto mengalir darah dua trah dari keturunan kerajaan Majapahit dan Mataram Islam.
Baca Juga: Sepak Terjang Dirut Waskita Karya Destiawan Soewardjono, Tersangka Korupsi Pencairan Dana
Kedua trah itu menyatu sejak Raden Tumenggung Mangkuprodjo menikahi Raden Ayu Djojoatmojo. Pasangan ini kemudian memiliki anak bernama R.M. Margono Djojohadikusumo.
Margono sendiri adalah kakek dari Prabowo Subianto. Sementara itu, ada beragam kisah menarik dari para leluhur sang Menhan yang tidak banyak diketahui publik. Diantaranya, aksi heroik Raden Tumenggung saat berupaya menyingkirkan VOC bersama Pangeran Diponegoro.
Lalu, ada cerita Raden Haryo Baribin, seorang kesatria yang juga berasal dari keluarga kerajaan Majapahit. Ia sempat disingkirkan oleh raja penguasa saat itu dengan alasan yang cukup menggelitik. Yakni, karena ia lebih berwibawa dan populer.
Sosok Kakek dan Ayah Prabowo
Tak hanya leluhur, kakek dari Prabowo Subianto juga merupakan salah satu tokoh yang berperan penting di Indonesia. R.M Margono Djojohadikusumo adalah saksi hidup di tiga zaman. Mulai dari penjajahan Belanda, Orde Baru, dan Orde Lama.
Baca Juga: 4 Alasan Erick Thohir Bisa Jadi Cawapres Terkuat Pada Pilpres 2024
Ia sempat menjadi pegawai volkscredietwezen (Perkreditan Rakyat) dan jawatan Koperasi. Lalu, satu hari setelah pelantikan Soekarno-Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada 1945, Margono dipilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPAS).
Tak hanya itu, Margono juga dikenal sebagai pendiri sekaligus direktur utama (dirut) pertama Bank Negara Indonesia (BNI). Ia diresmikan untuk posisi ini pada 15 Juli 1946. Di sisi lain, 'Hak Angket' yang dipakai DPR pada tahun 1950-an, merupakan ide dari kakek Prabowo tersebut.
Ia sempat meminta DPR agar mengadakan "Hak Angket" atas cara memperoleh dan menggunakan devisa. Sementara soal gaya hidupnya, meski keturunan ningrat, Margono terlihat sederhana dan bahkan dikira sebagai orang miskin.
Beralih ke ayahnya, yakni Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo yang sempat mengenyam pendidikan di Nederlandse Economische Hogeschool, Belanda. Saat itu, ia yang senang menganalisis sampai mampu mendongkrak perkembangan
politik dunia.
Ketika menjadi mahasiswa di Belanda, Soemitro juga kerap melakukan pergerakan bawah tanah untuk menentang dominasi NAZI Jerman di Eropa. Lalu, jelang kemerdekaan, ia mampu menarik simpati negara lain untuk mendukung kejayaan Indonesia.
Akhirnya, dalam Sidang Dewan Keamanan PBB, lahir sebuah resolusi untuk menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda melalui badan arbitrase. Dengan kata lain, Soemitro juga memiliki peranan penting dalam proses kemerdekaan Indonesia.
Soemitro pun dikenal sebagai pencetus program Benteng serta menerbitkan berbagai kebijakan ekonomi yang mengarahkan Indonesia menjadi industrialisasi. Lalu, ia juga kerap menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap.
Rekam Jejak Karier
Prabowo mengawali karier di TNI Angkatan Darat (AD) dengan pangkat Letnan Dua. Ia pada tahun 1976-1985 Prabowo bertugas di Kopassandha sebagai komandan pleton Grup I/Para Komando, bagian dari pasukan operasi Nanggala di Timor-Timur.
Prabowo juga semoat mendirikan Detasemen Khusus 81, yakni Satuan Elit Anti Teror Kopassus. Lalu, pada tahun 1995, ia dengan pangkat Mayor Jenderal (Mayjen) dipercaya menjabat Komandan Jenderal Kopassus. Adapun tugas pertamanya, operasi pembebasan Mapenduma yang menjadi sandera OPM.
Usai tak lagi bergelut di ranah kemiliteran, Prabowo mulai menekuni dunia bisnis bersama sang adik, Hashim Sujono Djojohadikusumo. Keseriusan ini membuatnya memiliki usaha di berbagai sektor. Mulai dari migas, pertambangan, pertanian, kehutanan, hingga perikanan.
Sementara karier politik Prabowo, dimulai saat ia bergabung dengan Partai Golkar pada tahun 2004. Saat itu, ia juga mencalonkan diri sebagai capres dari Golkar. Sayangnya, ia disingkirkan oleh Wiranto. Lalu, pada 2008, ia membuat terobosan.
Ia bersama adiknya, Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon, Muchdi Purwoprapandjono, dan yang lainnya mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Prabowo pada 2009 maju sebagai cawapres Megawati Soekarnoputri, namun gagal.
Lalu, pada pemilihan 2014 dan 2019, Prabowo maju sebagai capres. Namun lagi dan lagi, dirinya dua kali dikalahkan Joko Widodo (Jokowi). Meski begitu, ia dipercaya menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) karena memiliki pengalaman di bidang ini.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti